Lihat ke Halaman Asli

β˜…ε½‘ π…πžπ² 𝐃𝐨𝐰𝐧 ε½‘β˜…

TERVERIFIKASI

Anti Scam Activist - Pemerhati - Penulis - IG @feydownwsc_official

Aku Menghadiri Acara Natal

Diperbarui: 24 Juni 2015 Β  19:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin ada acara Christmas Lunch dirumah anak perempuan bule ku. Setiap tahun kami keliling bergantian mengadakan acara makan siang tepat di hari Natal. Dulu saya mengira acara Natal pakai upacara seperti di gereja, ternyata tidak demikian dengan acara Natal di keluarga suami.

Rumah anak buleku dihiasi pohon Natal dan lagu lagu Natal tiada henti berkumandang. Kami berkumpul, tukaran kartu natal , makan siang, chit chat dan pulang.Β  Sebagai seorang muslim, tak ada yang berubah dalam diri saya hanya karena menghadiri acara makan siang dan tukar hadiah. Saya merasa acara ini sama saja dengan acara ulang tahun dalam keluarga. Sebagai hadiah Natal, biasanya kami menyelipkan uang cash di kartu ucapan, karena kalau kado belum tentu anak anak suka.

Anak anak bule kami ada tiga orang (ibu mereka meninggal 14 th lalu). Saya selalu menyebut mereka "anak anak bule ku" dan memanggil mereka ' Sayang"Β  Mereka sudah tahu artinya apa, apalagi yang cewek , suka sekali angkat dua jempol sambil bilang " Mantaaap"

Mereka tahu saya seorang muslim, daddynya seorang Buddhist tapi mereka tetap memberi hadiah Natal untuk kami yaitu kartu ucapan berisi voucher di dalamnya. Ada voucher untuk manjain diri di salon, ada voucher electronic, ada juga voucher belanja bahan2 craft kesukaan saya.

Alhamdulilah, sungguh saya sangat bersyukur memiliki anak anak bule nan manis dan begitu perhatian pada ayah mereka dan saya. Mereka sangat menghargai keyakinan saya, bukan hanya dengan ucapan tapi dengan tindakan nyata,

Sebagai muslim, saya menghargai saudara saudara seiman yang tak mau menghadiri dan mengucapkan selamat natal, tapi mereka juga harus bisa menerima kami yang berbeda pandangan.

Agama adalah urusan hamba dengan Allahnya, kita boleh menghimbau tapi tak bolehΒ  memaksa, karena tak ada paksaan dalam agama.

Perbedaan akan terasa indah jikaΒ  landasan utamanya adalah " Kasih Sayang"




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline