Peristiwa ini terjadi beberapa tahun lalu. Adalah seorang mahasiswa bernama Eddy (samaran) , usianya saat itu 18 tahun. Ia selalu berangkat kuliah naik motor tanpa SIM alasannya naik angkot lama dan macet . Kalau di ujung jalan sana ada razia, maka sesama pengendara motor saling memberi kode agar jangan melewati jalan itu. Cepat Eddy putar haluan mencari jalan tikus ( istilah jalan kecil berkelok-kelok)
Suatu hari Eddy tak bisa menghindar ketika seorang polisi menyuruhnya berhenti. Mungkin curiga lihat motor jadul dan ringsek sana sini atau Eddy sedang apes.
" Selamat siang dek, boleh lihat surat2 motor dan SIM kamu." tanya si bapak polisi dengan tegas.
" Saya ngga punya SIM pak, ada juga STNK, mana mampu saya bikin SIM, kan mahal." jawab Eddy
" Kamu akan saya tilang!" kata pak polisi sambil mengeluarkan buku tilang.
" Ya pak tega amat saya kan masih kuliah, lagi rumah saya dekat koq!"
" Ya sudah damai saja, kamu ada duit berapa? "
" Cuma 10 ribu pak, ini juga uang jajan saya sama bensin." jawab Eddy sambil memperlihatkan isi dompetnya yang cuma 10 ribu.
" Mana sini uangnya, jangan keliatan dong ngasihnya. Selipkan aja di STNK kamu!" ujar pak polisi
Maka pindahlah uang jajan Eddy ke tangan pak polisi, Eddypun bebas naik motor tanpa SIM.
Beberapa bulan kemudian setelah Eddy bekerja part time sambil kuliah, ia mampu mengumpulkan uang untuk membuat SIM motor. Dengan semangat pagi pagi Eddy berangkat ketempat pembuatan SIM. Dia bingung ketika banyak calo menawarkan bikin SIM lewat tol. Dia ingin melewati prosedur yang benar.