Pengalaman berbagi sudah diajarkan omasaat saya masih kecil. Hidup kami terbilang lebih dari cukup. Saat itu kami tinggal di Jalan Taman Sari IC No. 38A. Diwilayah itu hanya ada 4 rumah gedung saling berhadapan. Salah satunya adalah rumah omaku.Opaku pengusaha batik yang punya beberapa toko di Tanah Abang.
Setiap hari ada saja pengemis yang datang kerumah kami. Oma tak pernah menolak mereka. Beliau yang selalu menyuruhku memberi uang. Lalu Omamembungkus makanan dan diberikan pada pengemis itu.
Omamemang sosok yang sangat peduli, beliau selalu membantu saudara2 nya yang susah. Ada yang dibantu langsung, ada pula yang dipinjamkan uang. Andai yang pinjam tak mampu membayar, omaselalu mengikhlaskan. Setiap hari Minggu, oma masak banyak sekali, lalu di undangnya saudara saudara yang miskin datang kerumah, saat pulang merekapundiberi ongkos Oma sosok yang menjadikan panutan saya hingga saat ini.
Pengalamanhidup masa kecil dan setelah menikahmembuat saya mengerti bahwa hidup tiada arti jika kita tak mau berbagi dengan mereka yang membutuhkan. Karena rezeki berlimpah yang kita dapat dengan jalan halal , di dalamnya ada hak hak orang miskin.
Suatuhari anak lelaki saya mengajak jalan ke Panti Asuhan di wilayah Pondok Petir, Depok, ia membawa sumbangan bulanan. Disinilah awal saya mengenal panti asuhan Hidayatullah yang memiliki anak anak yatim kurang lebih 66 orang.
Selain itu anak perempuan saya pernahmengajak membeli kerupuk dari seorang tuna netra yang berjualan di dekat masjid Witanaharja. Saat itulah saya mengenal pak Ikhsan. Lalu saya buat tulisan tentang beliau dan menghimbau pada teman teman yang melewati masjid di Witanaharja agar mampir membeli kerupuknya walau sebungkus. Harga kerupuk besar 10.000 dan kerupuk kecil 6000 rupiah.
Saya pernah ingin memberi uangpada pak Ikhsan tapi ditolaknya, katanya begini,
“ Ibu, saya bukan termasuk orang yang berhak menerima bantuan karena saya bekerja. Silahkan berikan pada oranglain yang lebih berhak dari saya. “
Saya terkejut mendengar jawaban pak Ikhsan, ia tak mau dikasihani. Padahal berapa banyak pengemis berseragam danberdasi bertebaran di negeri ini tapi pak Ikhsan yang tuna netra malu dikasih uang cuma cuma.
Lalu saya cari akal gimana membantu pak Ikhsan tanpa menyinggung perasaannya. Maka sayapun mendapat jalan, kerupuk pak Ikhsan saya borong lalu bawa ke panti asuhan.Sekali dayung dua pulau terlampaui.
Untuk saat ini panti asuhan dan pak Ikhsan menjadi fokus bantuan keluarga kami. Sayapun sering mengajak kawan kawan diluar negeri untuk berbagi pada mereka. Alhamdulilah sudah banyak sumbangan berdatangan dan langsung saya salurkan, termasuk dari keluarga kami sendiri.
Dalam hal mengajak kawan kawan berbagi, saya cukup menghimbau bahwa saya akan membawa sumbangan pada minggu depan. Kebanyakan penyumbang minta tolong dibelikan bahan pokok lalu diserahkan pada panti. Walau ada juga yang ingin menyerahkan uang saja. Ngga pake lama, soalnya ini amanah, beraaat lho tanggung jawabnya. Saya langsung kirim pada hari yang ditentukan, lalu ada tanda terimanya yang saya kirim pada kawan kawan sebagai tanda bukti dan ucapan terima kasih.
Selain itu di Facebook saya punya grup yang adminnya ada dua dan saya sebutduo emak yaitu saya dan Retno. Saat kami mengadakan tour bersama grup di FB, kami tak ingin hanya bersenang senang saja tapi juga ada acara amalnya. Selesai tour kamikumpulkan uang dari mereka lalu sahabat saya Retno membawa ke panti asuhan tempat dia biasa menyumbang.
Tak dapat dipungkiribahwa masih banyak orang yang berat untuk berbagi.Buat mereka uang 10 ribu untuk beramal terasa berat, tapi 1 juta dibawa ke mall masih ngga cukup. Ada juga yang menolak saat saya ajak mengunjungi panti asuhan, padahal dia pengusaha kaya. Katanya ngga perlu ketempat begitu, anak buah sayajuga udah banyak saya bantu.Padahal hidup terasa indah bila kita mau berbagi. I feel good, itu yang saya rasakan.
Peduli pada sesama bukan berarti kita harus jadi orangkaya. Kaya miskin bisa koq peduli asal kita mau saja. Jika tak mampu menyumbang materi, bisa juga ilmu, tenaga dan waktu.Banyak cara membantu sesama asal kita mau saja.
“ Hidup terasa indah jika kita mau berbagi, berbagi kasih, waktu, ilmu dan rezeki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H