"Apalah arti sebuah nama". Begitu menurut William Shakespeare, pernyataan untuk menekankan bahwa substansi lebih penting dari sekedar sebutan. Ekstrimnya jika kita ganti nama bunga mawar dengan bunga bangkai (andaikan bisa)toh bunganya tetap harum dan cantik.
Akan tetapi karena nama umumnya diturunkan dari bahasa yang tentu saja mengandung makna maka nama itu menjadi sakral. Bagi beberapa golongan, nama haruslah bermakna baik dan tidak asal enak didengar saja karena merupakan perwujudan harapan doa, bahkan pada beberapa komunitas ada kepercayaan jika salah memberi nama si anak bisa sakit sakitan. Kalau begini tentu mereka percaya nama mempengaruhi kepribadian, atau bahkan hoki.
Jika kita telusuri pemberian nama kepada anak manusia di masa lampau sangat dipengaruhi oleh budaya, lingkungan dan kepercayaan. Istilahnya ada trend di masa lalu tentang pola pola pemberian nama pada manusia. Yang paling menarik adalah penggunaan nama hewan di beberapa budaya di Nusantara dan belahan lain dunia.
Penggunaan nama hewan ini tentu bukanlah dimaksudkan untuk saling mengejek seperti di Kompasiana akhir akhir ini dengan sebutan "*nta" dan "b*bi" antara yang pro dan kontra cagub DKI. Si pemberi nama di masa lampau tentu ingin menangkap efek positif dari sifat hewan yang dipakai misalnya kuat, gagah, indah, lincah dan sebagainya. Bisa jadi pula bukan nama lahir hanya sekadar julukan. Berikut, beberapa nama orang ngetop pada masa lalu dan kini yang namanya diambil dari nama hewan, ditemukan pada naskah naskah kuno, petikan artikel, berita atau cerita tutur.
SUNDA KLASIK
Banyakcatra- Nama ini di temukan dalam naskah kuno perjalanan Bujangga Manik, banyak artinya angsa yg menunjukan gantengnya si pemilik nama. Di naskah itu Banyakcatra disebut untuk membandingkan betapa tampannya sang Bujangga Manik sampai lebih tampan dari Rakyan Banyakcatra. Orang Banyumas yang tahu isi babad banyumas umumnya juga tahu nama ini dan aliasnya yaitu Raden Kamandaka.Prabu Kuda Lalean - Seorang regent (pelaksana tugas) yg memimpin kerajaan sunda paska gugurnya sang Maharaja Sunda di palagan Bubat. Kuda sudah jelas artinya kuda, hewan lincah jago sprint dan marathon.
Prabu Gajah Ageung - Salah seroang Raja Kerajaan Sumedang-Larang, (vasal) kerajaan Galuh-Pakuan, iya Sumedang. Gajah pun jelas artinya gajah. Hewan besar kuat nan cerdas.
Prabu Surawisesa- (Siliwangi II) Pengganti Maharaja Sri Baduga (Prabu Siliwangi I). Sura artinya ikan hiu, sama seperti pada Surabaya. Hiu vs Buaya. Mungkin untuk menunjukan betapa buasnya armada beliau di lautan. Sesuai catatan Tome Pires (Suma Orintal, 1512-1515) bahwa kerajaan ini dihuni para pahlawan laut. Nama Surawisesa tertera pada. Prabu Surawisesa ini disinyalir adalah yg memerintahkan dibuatnya prasasti Batutulis Bogor.
Pangeran Walangsungsang - Pendiri Kesultanan Islam Cirebon adalah putera Prabu Siliwangi I, kakak dari Prabu Surawisesa. Walang artinya Belalang.
JAWA KLASIK
Prabu Hayam Wuruk - Raja Majapahit di masa kejayaannya, Hayam artinya ayam wuruk artinya terpelajar. Kedua kata ini masih dipakai dalam bahasa Sunda, misalnya "si Ujang maraban hayam, si Utun diwuruk ngaji " (si ujang memberi makan ayam, si utun diajari ngaji)