Permainan sepak bola merupakan permainan yang sangat popular di kalangan masyarakat dunia dan memiliki sejarah yang sangat panjang. Permainan si kulit bundar ini ternyata sudah dimainkan sejak ribuan tahun lalu di banyak tempat di muka bumi ini. Permainan sepak bola masuk di Indonesia diperkenalkan oleh bangsa Belanda yang datang untuk bekerja di instansi-instansi pemerintah Hindia Belanda sebagai pegawai dalam perkebunan-perkebunan, kantor-kantor perdagangan, perkapalan dan pertambangan sebagai karyawan sebagai sarana rekreasi dan menjaga kebugaran tubuh.
Pada mulanya permainan sepak bola hanya dapat dilakukan oleh orang-orang Barat, terutama oleh bangsa Belanda kemudian diikuti oleh orang-orang Tionghoa dan baru lah orang-orang Bumiputera, tetapi hanya terbatas bagi orang-orang bumiputera yang setaraf dengan bangsa Belanda saja. Salah satu bond bumiputera tersebut adalah Vorstenlandsche Voetbal Bond (VVB) Soerakarta.
Pembentukan VVB Soerakarta ialah atas dasar bahwa banyaknya bond-bond sepak bola dari kaum bumiputera yang sangat amburadul dalam hal organisasi maupun dalam pengertian peraturan sepak bola serta banyak terjadi perkelahian atau pertikaian antar bond sepak bola di kalangan bumiputera sendiri.
Selain itu juga untuk menyaingi klub sepak bola Belanda, yaitu VBS (Voetbal Bond Soerakarta). Maka dengan didirikannya VVB Soerakarta tersebut dapat menyatukan bond-bond bumiputera ke dalam satu wadah dan diatur sesuai dengan peraturan sepak bola yang benar. VVB Soerakarta dibentuk oleh usaha dari Perhimpoenan Djawa Voetbalen R.O.M.E.O, Legioen, De Leeuw, dan M.A.R.S mendirikan suatu bond, dan bond tersebut diberi nama "Vorstenlandsche Voetbal Bond Soerakarta".
Adanya pembangunan stadion Sriwedari juga semakin membuat persepakbolaan bagi kalangan bumiputera khususnya Solo yang mana memiliki bond, yaitu VVB atau Persis semakin berkembang pesat dan menjadi salah satu bond yang sangat ditakuti. Stadion Sriwedari yang memiliki infrastruktur kelas I bertaraf internasional memungkinkan pemain-pemain sepak bola bermain lebih baik dan benar dari sisi teknik maupun taktik.
Vorstenlandsche Voetbal Bond Soerakarta beserta enam bond sepak bola dari kota lainnya, seperti VIJ, BIVB, PSM, MVB, IVBM, dan SIVB membentuk suatu organisasi sepak bola yang bersifat nasional, yaitu PSSI (Persatuan Sepakraga Seluruh Indonesia). tanggal 19 April 1930.
Pembentukan organisasi sepak bola yang bercorak kebangsaan tersebut adalah untuk mengimbangi kekuatan sepak bola orang-orang Belanda dibawah bendera NIVB. Tahun 1933 VVB berganti nama menjadi PERSIS, yang mana sesuai dengan hasil beberapa keputusan dari kongres PSSI ke-II tahun 1932 di Djakarta. Salah satu butir hasil keputusan tersebut adalah penggunaan Bahasa Indonesia yang digunakan dalam setiap kongres PSSI maupun nama bond-bond anggota PSSI serta dalam pertandingan.
VVB atau Persis menunjukkan bahwa sepak bola bumiputera juga dapat melakukan perlawanan terhadap pemerintah kolonial. Kekuatan VVB atau Persis tidak dapat diremehkan oleh klub-klub Belanda khususnya, terbukti dengan mampu menahan imbang dan mendapat tawaran untuk bertanding melawan klub luar negeri.
Sepak bola Surakarta atau Solo yang dalam konteks ini adalah VVB atau Persis dan klub-klub bumiputera lainnya saling mempererat persaudaraan dan menciptakan rasa nasionalisme antar klub sepak bola bumiputera. Adanya perasaan tertindas oleh Belanda melalui klub-klub sepak bolanya mendorong keinginan untuk bersatu dalam arti yang luas. Nasionalisme dapat ditunjukkan melalui permainan sepak bola bagi kalangan bumiputera, yang mana hal ini ditunjukkan oleh VVB atau Persis yang menjadi salah satu kekuatan bagi persepakbolaan di Hindia Belanda. dalam bidang politik, sosial, ekonomi dan budaya ditransformasikan dalam sepak bola. Hal tersebut bertujuan sebagai alat perjuangan dan membangkitkan rasa nasionalisme masyarakat melalui olahraga sepak bola.
Masuknya Jepang membuat persepakbolaan di Hindia Belanda mengalami mati suri atau berhenti. Kondisi perang yang sedang melanda Asia Pasifik menjadikan kompetisi sepak bola, baik kompetisi sepak bola bumiputera, Belanda, dan Tionghoa terhenti untuk sementara waktu.
Buku ini worth it banget nih, dengan harga yang sangat terjangkau kita dapat berimajinasi dan menganalisis bagaimana kondisi masyarakat Hindia Belanda (Indonesia) saat itu. Bahkan, kita juga dapat melihat perkembangan masyarakat Indonesia dalam melawan penjajahan Belanda melalui bidang olahraga, khususnya sepak bola ala bumiputera.