Stunting merupakan masalah terkait tumbuh kembang yang dialami oleh anak-anak khususnya pada seribu hari pertama kehidupannya akibat dari kurangnya nutrisi yang dikonsumsi sehingga tinggi badannya tidak memenuhi rata-rata yang telah ditetapkan oleh WHO. Stunting menjadi permasalahan yang masih banyak terjadi di berbagai belahan dunia, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Pada tahun 2018, Indonesia menempati peringkat kedua di Asia Tenggara dan kelima di dunia terkait tingkat stunting yang mencapai 30,8% yang kemudian di tahun 2021 mengalami penurunan menjadi 24,4%. Prevalensi stunting di Indonesia memang mengalami penurunan namun dengan angka tersebut masih tergolong tinggi.
Dalam laporan yang dirilis oleh Muhadjir Effendy selaku Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Jawa Timur tidak masuk dalam sepuluh provinsi dengan tingkat stunting yang tinggi, namun prevalensi stunting di Jawa Timur sendiri mencapai 23,5%. Kabupaten Bondowoso sendiri menempati peringkat ketiga di Jawa Timur untuk jumlah kasus stunting yang prevalensinya mencapai 37%. Kasus stunting pada balita di Bondowoso dapat ditemui di salah satu desa di kabupaten tersebut yakni di Desa Koncer Kidul. Menurut penuturan Bu Ayu selaku bidan yang bertugas di Puskesmas Pembantu Koncer Kidul, saat ini terdapat delapan balita yang mengalami stunting. Mantri Desa Koncer Kidul, Pak Nanang juga mengatakan bahwa terdapat balita berusia 6 tahun 2 bulan yang berat badannya hanya mencapai 11 kg dan saat ini sedang dirawat di rumah sakit karena komplikasi penyakit.
Melalui program KKN tematik Universitas Jember Membangun Desa (UMD) kelompok KKN 351 menggandeng warga Koncer Kidul untuk bersama-sama melawan dan mencegah stunting terjadi di masa mendatang. Kelompok KKN 351 berkoordinasi dengan kepala desa beserta perangkat desa, puskesmas pembantu, sekolah, dan warga Desa Koncer Kidul menyusun dan menjalankan program kerja pencegahan stunting. Upaya melawan stunting kami lakukan dengan melakukan penyuluhan di dua sekolah yang terletak di Dusun Jatian yakni di MA Darul Hikmah dan SMK Nurul Hidayah, serta penyuluhan secara door to door untuk ibu hamil serta ibu dan anak.
Penyuluhan yang menyasar pada remaja usia sekolah di Dusun Jatian, Koncer Kidul dilaksanakan pada 5 Agustus 2022 di SMK Nurul Hidayah dan kemudian pada 12 Agutus 2022 di MA Darul Hikmah. Hal yang melegakan adalah bahwa pihak sekolah menyambut dengan positif dan antusias program penyuluhan yang kami berikan. Materi yang disajikan pada penyuluhan tersebut yakni terkait korelasi anemia dengan stunting pada anak dari remaja putri di masa depan. Sebelum pemberian materi, kami memberikan partisipan penyuluhan berupa pre-test untuk mengukur pengetahuan para siswa putri mengenai anemia dan stunting dan hasil yang kami peroleh bahwa kebanyakan siswa putri belum begitu mengetahui banyak tentang anemia dan stunting.
Selama pemberian materi yang dilakukan oleh Yulia Helvi dan Salsabilla Salaf, para siswa di kedua sekolah tersebut menyambut baik dan memperhatikan materi yang sedang disampaikan. Setelah materi selesai diberikan, kami juga mengadakan game tebak lagu agar para siswa tidak merasa bosan dan memberi bingkisan yang berisi susu serta makanan ringan bagi mereka yang berhasil menjawab. Guna menutup acara penyuluhan dan untuk mengukur perkembangan pengetahuan para siswa terkait anemia dan stunting kami memberikan post-test. Melalui hasil post-test yang dikerjakan oleh para siswa di kedua sekolah tersebut kami melihat adanya peningkatan pengetahuan dan kesadaran mengenai anemia dan stunting.
Kegiatan kedua sebagai upaya melawan dan mencegah stunting di Desa Koncer Kidul adalah penyuluhan secara door to door yang menargetkan ibu hamil serta ibu-anak. Penyuluhan kali ini dilaksanakan selama dua hari mulai dari tanggal 9-10 Agustus 2022 di lima dusun yakni Dusun Jatian, Sekolahan, Gembul Buto, Rowo, dan Krajan. Jumlah sasaran penyuluhan ini adalah sebelas orang yang terdiri dari enam ibu hamil dan lima ibu-anak. Apabila penyuluhan di sekolah menggunakan materi mengenai korelasi antara anemia dengan stunting pada anak, maka materi penyuluhan pada ibu hamil serta ibu-anak menggunakan materi tentang pentingnya gizi seimbang, ASI, dan pemberian MPASI.
Pembedaan materi yang diberikan ini dilakukan supaya dapat memaksimalkan output dari penyuluhan dan juga untuk menghindari pembahasan terkait stunting secara langsung karena sensitive bagi ibu hamil dan ibu-anak. Selama penyuluhan kami tidak hanya membagikan informasi tetapi juga berbagi informasi dengan ibu-ibu yang menjadi target kami. Dari apa yang kami temukan, anak-anak yang berisiko dan diidentifikasi stunting tidak selalu datang dari keluarga yang kurang mampu, namun dari penuturan ibu-ibu tersebut juga karena faktor keturunan di mana anak di keluarga tersebut sulit untuk memiliki berat badan yang normal serta anak yang sulit makan, sedangkan untuk ibu hamil ditemui juga bahwa ibu yang sedang mengandung mengalami kesulitan konsumsi makanan karena merasa mual.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H