Saat Nabi Ibrahim AS akan dibakar hidup-hidup, dikisahkan seekor burung pipit bergegas terbang ke danau, menghisap air danau dan menampungnya di paruhnya yang mungil, kemudian bergegas kembali menuju api dan ia tuangkan air dari paruhnya ke arah api yang menyala. Melihat kejadian itu, seekor burung gagak bertanya dengan tatapan heran, bagaimana mungkin air dari paruhnya yang mungil bisa memadamkan api yang berkobar? Burung pipit menjawab, "Aku tahu air ini tidak dapat memadamkan api tersebut, karena itu di luar kemampuanku, tapi setidaknya aku bisa berkata bahwa aku punya andil dan berpihak pada kebenaran.
Kisah di atas mengingatkan pada kalimat yang pernah disampaikan Anies Baswedan, "Mungkin kita tidak dapat menyelesaikan semua masalah, tetapi paling tidak kita dapat menjadi bagian dari sebuah solusi". Kisah burung pipit dan kalimat Anies Baswedan tersebut, terlihat nyata dalam kontribusi berbagai komunitas sosial yang bergerak berbagi ide dan gagasan untuk melakukan #AksiHidupBaik. Memaknai setiap langkah, walau kecil, untuk memberikan dampak positif bagi dirinya dan masyarakat luas.
Komunitas sosial membuka perspektif baru dalam memandang sebuah isu. Cara berpikir dan bekerja yang "out of the box", memberikan suntikan energi baru dalam menyikapi berbagai permasalahan. Akhirnya isu-isu yang tadinya terlihat pelik menjadi terasa ringan ketika dikerjakan bersama komunitas.
Sebagai contoh, Komunitas Kota Tanpa Sampah yang bergerak untuk mengatasi permasalahan sampah kota. Kita tahu bahwa sampah merupakan sebuah permasalahan global yang serius dan kehadiran komunitas seperti Komunitas Kota Tanpa Sampah memberikan angin segar bahwa masalah masif yang lama membelenggu masyarakat dapat diatasi bersama.
Keberagaman komunitas di Indonesia yang menyediakan ruang untuk berkreasi, berbagi ide, menyalurkan hobi dst., membantu banyak orang dalam menghadapi berbagai tantangan atau sekedar menjadi wadah dalam berekspresi dan berkreasi. Banyak komunitas juga menjadi support system, menyuarakan berbagai isu yang dirasa perlu menjadi perhatian dan menjadi 'keluarga' yang merangkul berbagai individu menguatkan eksistensinya di tengah masyarakat.
Festival #IniJakarta yang diselenggarakan pada tahun 2022 di kawasan Kota Tua dapat menjadi contoh wadah bertemunya masyarakat Jakarta untuk berbagi, berinteraksi dan berkolaborasi 'di ruang ketiga'.
Melalui acara tersebut yang dihadiri oleh 100 lebih kolaborator (komunitas, seniman, lembaga riset, UMKM, dst.) dapat menciptakan kolaborasi yang harapannya dapat memajukan kota Jakarta. Para kolaborator berupaya menghadirkan solusi dari banyaknya permasalahan yang ada di tengah masyarakat.
Hal ini menunjukkan partisipasi aktif warga Jakarta yang turut ambil bagian memikirkan kemajuan kota. Festival #IniJakarta yang berlangsung selama 3 hari (16-18 September 2022), difasilitasi oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan melibatkan lebih dari 100 relawan menegaskan bahwa komunitas memiliki peran yang penting serta memiliki potensi dan keunggulan dalam menghadirkan perspektif baru.
Pada tanggal 28 September, Indonesia memperingati Hari Komunitas Nasional (HKN), sebuah hari yang ditujukan sebagai hari berkumpulnya komunitas-komunitas di tempat dan waktu yang bersamaan. Tahun 2013 menjadi awal mula hadirnya HKN yang digagas oleh tiga pendiri Indonesia Community Network (ICN). Momentum HKN ini menjadi landasan dalam memaknai dan belajar tentang peran komunitas dalam masyarakat.