Chile sebuah negara di Amerika Selatan dengan perekonomian dan situasi politik serta keamanan yang relatif stabil dalam beberapa tahun belakangan ini, tiba-tiba harus menghadapi situasi chaos akibat berbagai demonstrasi yang terjadi beberapa hari belakangan ini.
Demonstrasi ini dipicu oleh hal yang tak terlalu besar sebenarnya. Hanya karena Pemerintahnya menaikan tarif transportasi sebesar US$1,17 dolar untuk satu kali perjalanan.
Pemerintah Chile menaikan tarif transportasi untuk merespon kenaikan harga BBM dan melemahnya mata uang mereka, Peso.
Sebetulnya Chile merupakan salah satu negara kaya di Amerika Latin. Pendapatan perkapita penduduk Chile tahun 2018 lalu mencapai US$ 24.600. Cukup tinggi memang, namun dilain pihak kesenjangan kaya miskinnya juga sangat jomplang.
Menurut data OECD Koefesien Gini Ratio Chile pada tahun 2018 cukup tinggi mencapai 0,459. Semakin mendekati angka 1 semakin buruk nilai Gini Ratio nya.
Ironis memang hanya karena dipicu oleh satu kenaikan tarif saja situasi aman, tenteram dan damai di negara itu harus berubah 180 derajat.
Demonstrasi masa itu dimulai dari tanggal 6 Oktober 2019 lalu sampai hari ini masih berlangsung dan terus membesar.
Para demonstran menuntut menuntut reformasi perekonomian Chile, sampai saat ini sudah 18 orang disebutkan kehilangan nyawanya. 269 luka-luka dan 1900 orang ditangkap.
1 juta rakyat Chile turun ke jalan, penjarahan supermarket dan pasar-pasar terjadi di Santiago Ibukota Chile, dan berujung chaos.
Situasi ini membuat Presiden Chile, Sebastian Pinera menetapkan status darurat nasional. Kemudian memberikan kewenangan kepada militer untuk turun tangan mengendalikan situasi.