Lihat ke Halaman Asli

Fery. W

Berharap memberi manfaat

"Le Grande Voyage", Impian Menuju Mekkah

Diperbarui: 7 Agustus 2019   18:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: fanaisurya.com

Pergi ke Mekah, untuk menunaikan ibadah Haji merupakan impian setiap umat muslim yang ada di belahan dunia ini termasuk saya. Memiliki uang saja tidaklah cukup untuk melaksanakan rukun Islam yang kelima ini. Harus ada keinginan kuat dan kemudahan dari Allah SWT untuk dapat melakukannya. Bayangkan, Di Indonesia daftar tunggu keberangkatan haji reguler secara rata-rata nasional pada tahun 2019 ini adalah 18 tahun. 

Dengan waktu tunggu Haji reguler tercepat ialah Provimsi Maluku, 11 tahun, dan terlama adalah Sulawesi Selatan 36 tahun, jadi kalau daftar ketika usianya 40 tahun, kita baru bisa berangkat haji di usia 76 tahun. Usia yang sebenarnya kurang layak untuk melakukan ibadah yang memerlukan fisik yang kuat.

Bukan kah berat harus menunggu seperti itu? aturan berhaji itu ketat dan tidak bisa kita pergi sendiri kesana atas nama pribadi tanpa ijin dan surat-surat yang memang khusus untuk beribadah haji. Kalau bisa mungkin sudah banyak orang yang pergi secara incognito ke Mekah untuk berhaji. 

Dalam film Le Grande Voyage (LGV) sepertinya hal itu bisa dilakukan tanpa harus ada ijin dari pemerintah Perancis bisa pergi ke Mekah tanpa harus di ribetin dengan urusan perijinan, tinggal menyiapkan Paspor dan bekal yang cukup, uang maksudnya. kemudian langsung bisa berangkat.

Le Grande Voyage  sebuah film yang luar biasa di tulis dan di sutradarai oleh Ismael Ferroukhi. Film ini di buka dengan percakapan kakak beradik yang sedang mencari pintu depan bagian kanan mobil di sebuah bengkel, dan akhirnya bisa menemukan walaupun dengan warna cat yang berbeda. Sebuah mobil Peugeot Station wagon berwarna  biru dengan pintu kanan bagian depan berwarna orange. 

Kelihatan lucu sih emang, saya sempat berpikir kenapa Ismael sang sutradara harus memakai mobil seperti itu, akh tapi sampai akhir saya tidak berhasil menemukan korelasi dengan keseluruhan cerita LGV ini.

Film ini bercerita tentang Seorang ayah dari  keluarga imigran Muslim Maroko yang sudah berada di perancis selama 30 tahun, berniat melaksanakan ibadah haji dengan mengendarai mobil biru berpintu orange tadi, karena sang ayah (Mohamed Majd) tidak mau berangkat Ke Mekah naik pesawat. Tadinya sang ayah meminta anak sulungnya untuk menjadi supir dalam perjalanan itu. 

Namun sayang dia menolak dengan alasan SIMnya dicabut karena ia melanggar lampu merah dan kemudian kabur. Sehingga akhirnya anak bungsunya lah yang menjadi supirnya. Reda (Nicholas Cazale)  begitu nama anak bungsunya tersebut, ia adalah seorang pelajar Sekolah Menengah Umum (SMU) di Perancis Selatan.

Dalam waktu empat hari, Reda terjebak dilema. Ia harus mengikuti ujian akhir SMU. Ia pernah gagal, dan ini adalah kesempatan terakhirnya. Disamping, imannya memang tipis. Meskipun orang tuanya muslim, tapi lahir dan tumbuh di Perancis membuat Reda menjadi Hedonis, muslim sebatas KTP. Awalnya, ia berjanji kalau perjalanan ayahnya yang diantar sang kakak bisa berhasil, ia akan berhenti mabuk dan mulai sholat.

Dengan setengah hati Reda menyanggupi menemani ayahnya pergi ke Mekah. Berbekal keteguhan hati sang ayah dan uang yang pas-pasan serta selembar peta benua Eropa, maka perjalanan mereka menuju Mekah dengan melintasi Italia, Slovenia, Kroasia, Yugoslavia, Bulgaria, Turki, Syria dan Yordania itupun dimulai.

Sepanjang perjalanan mereka menghadapi berbagai macam masalah dan ribut satu sama lain karena pemikiran dan pendirian mereka berdua selalu bertentangan. terkadang ketegangan itu berubah menjadi perang dingin yang membuat mereka tidak bertegur sapa. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline