Lihat ke Halaman Asli

Efwe

TERVERIFIKASI

Officer yang Menulis

Pemesanan SR021 Tembus Rp24 Triliun, Kelas Menengah Indonesia Tak Sesuram yang Digambarkan?

Diperbarui: 19 September 2024   15:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemenkeu.go.id

Masa penawaran Sukuk Negara ritel seri SR021T3 dengan tenor 3 tahun, berimbal hasil 6,35 persen per tahun dan SR021T5 bertenor 5 tahun,  dengan imbal hasil 6,45 persen per tahun telah resmi ditutup pada Rabu, 18 September 2024 pukul 10.00 WIB, setelah dibuka pada 23 Agustus 2024.

Berdasarkan catatan Bareksa.com, salah satu mitra distribusi, nilai pemesanan nasional beberapa saat menjelang penutupan mencapai Rp24,2 triliun. Angka ini menunjukkan tingginya minat masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan syariah yang diterbitkan oleh negara.

Dalam pandangan saya, tingginya minat investasi ini mengindikasikan dua hal. Pertama, SR021 dianggap sebagai instrumen investasi yang menarik, aman, sesuai syariah, dan menawarkan imbal hasil yang menggiurkan. Kedua, kondisi ekonomi Indonesia, khususnya kelas menengah, mungkin tidak seburuk yang diberitakan.

Berita mengenai stagnasi atau bahkan degradasi ekonomi kelas menengah, yang tercermin dari daya beli yang melemah, mungkin tidak sepenuhnya akurat. Bisa jadi, terjadi pergeseran perilaku konsumsi di mana masyarakat menjadi lebih bijak dan mengalihkan dana mereka ke bentuk investasi.

Kelas Menengah dan SBN Ritel

Pertanyaannya, apakah kelas menengah merupakan mayoritas investor Surat Berharga Negara (SBN) atau Sukuk ritel? 

Jika mengacu pada profil investor SBN ritel sebelumnya, sebagian besar investor memang berasal dari kelompok berpendapatan menengah, baik dari lapisan bawah maupun atas.

Data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR Kemenkeu) menunjukkan bahwa hingga Semester I 2024, total investor SBN ritel mencapai 268.745 orang, dengan 28,32% di antaranya merupakan investor baru. Total dana yang berhasil dihimpun dari empat penerbitan SBN ritel pada tahun 2024 mencapai Rp84,34 triliun.

Dari total investor tersebut, 52% atau 141.917 investor adalah generasi milenial. Jika dilihat dari jenis pekerjaan, pegawai swasta mendominasi dengan 100.877 investor atau 37,5% dari total. Selain itu, investor SBN ritel juga berasal dari kalangan pegawai negeri, ibu rumah tangga, bahkan pelajar.

Direktur Surat Utang Negara DJPPR Kemenkeu, Deni Ridwan, menjelaskan saat peluncuran SBR013 , Senin 10 Juni 2024 beberapa waktu lalu, bahwa SBN ritel memiliki makna strategis, tidak hanya sebagai sumber pembiayaan pembangunan nasional tetapi juga sebagai upaya untuk memperluas basis investor dan memperdalam pasar keuangan. 

Ia menambahkan, SBN ritel didesain mirip deposito, menawarkan keamanan, pendapatan tambahan reguler, dan kemudahan berinvestasi. Bedanya, imbal hasil SBN ritel lebih tinggi dan pajaknya lebih rendah.

Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa segmen pasar SBN ritel adalah mereka yang memiliki kemampuan finansial untuk berinvestasi, bukan mereka yang berada di bawah garis kemiskinan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline