Lihat ke Halaman Asli

Efwe

TERVERIFIKASI

Officer yang Menulis

Tergerus di Balik Kilau Pertumbuhan Ekonomi, Paradoks Kelas Menengah Indonesia

Diperbarui: 31 Agustus 2024   13:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ILUSTRASI | SHUTTERSTOCK/EGGEEGG via Kompas.com

Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menunjukan reseliensinya di tengah situasi perekonomian global yang terus berubah dan masih penuh ketidakpastian.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), perekonomian Indonesia pada Triwulan-II 2024 mengalami pertumbuhan 5,05 persen secara Year on Year (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun 2023, atau tumbuh 3,79 persen dibandingkan Triwulan-I 2024.

Pertumbuhan ini didorong oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh sebesar 4,93 persen dan memberikan kontribusi signifikan sebesar 54,53 persen terhadap total pertumbuhan ekonomi.

Indikator ekonomi lain juga menunjukan hal yang cukup positif. Pada bulan Juli 2024, inflasi di Indonesia tercatat sebesar 2,13 persen secara YoY, yang merupakan tingkat inflasi terendah dalam 27 bulan terakhir. 

Ini menunjukkan penurunan dibandingkan bulan sebelumnya, di mana inflasi tercatat sebesar 2,51 persen pada Juni 2024. Tingkat inflasi ini juga lebih rendah dari perkiraan ekonom yang memprediksi penurunan ke 2,41 persen.

Sementara itu, inflasi inti (core inflation), yang tidak termasuk harga makanan dan energi yang lebih volatil, meningkat sedikit menjadi 1,95 persen pada Juli 2024 dari 1,90% pada bulan Juni.

Pertumbuhan harga untuk makanan melambat menjadi 3,61 persen dari 4,95 persen pada bulan sebelumnya, dan harga untuk transportasi naik sebesar 0,99 persen, YoY.

Namun, deretan data yang menunjukkan performa tangible cemerlang perekonomian Indonesia ini tampaknya tak merembes dan dirasakan oleh semua lapisan masyarakat, terutama oleh kelompok yang biasa disebut kelas menengah.

Bank Dunia mendefinisikan kelas menengah Indonesia sebagai mereka yang memiliki rentang pengeluaran 3,5 kali hingga 17 kali di atas garis kemiskinan.

Menurut ekonom senior yang juga Menteri Keuangan Indonesia di masa akhir era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2013-2014, M.Chatib Basri dalam tulisan opininya di Harian Kompas 24 Juli 2024 bertajuk "Kelas Menengah: Dari Zona Nyaman ke Zona Makan"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline