Sepekan pasca diluncurkan pada 29 Januari 2024 lalu, hype masyarakat untuk berinvestasi di instrumen keuangan keluaran Pemerintah, Surat Berharga Negara (SBN) ritel seri ORI025 mulai terasa meningkat.
Mengutip data dari salah satu mitra distribusi yang telah bekerjasama dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu), PT Bareksa, hingga Senin (05/02/2024) hari ini sekitar pukul 9.30, nilai pemesanan dua sub seri ORI025, telah mencapai Rp. 3,688 triliun.
Dengan perincian, untuk sub seri ORI025 T3 yang memiliki masa jatuh tempo atau tenor 3 tahun, dengan imbal hasil sebesar 6,25 persen per tahun sudah dipesan sebanyak 18,99 persen dari kuota awal yang telah ditetapkan yaitu Rp.15 triliun atau senilai Rp.2,835 triliun, artinya tersisa sekitar Rp.. 12,165 triliun.
Sementara untuk sub seri yang tenornya lebih panjang. yakni selama 6 tahun, ORI025 T6 yang menawarkan imbal hasil 6,40 persen per tahun, nilai pemesanannya mencapai Rp.853 milyar atau 8,53 persen dari kuota awal yang ditetapkan sebesar Rp. 10 triliun, dengan demikian kuota yang tersisa Rp. 9,147 triliun.
Nilai pemesanan sebesar ini di pekan awal saja, merupakan situasi yang sangat baik. Dan biasanya memasuki pekan kedua dan seterusnya bakal bergerak lebih cepat lagi.
Dengan pergerakan seperti ini, untuk mencapai target kuota awal ORI025 yang sebesar Rp.25 triliun tak akan terlalu sulit untuk dilakukan, bahkan sangat potensial menembus batas psikologis pemesanan SBN ritel di atas Rp. 30 triliun, yang selama ini belum pernah dilampaui seluruh jenis SBN ritel konvensional maupun yang berbasis syariah (SBSN) atau Sukuk ritel.
Belakangan instrumen investasi fixed income khusus bagi investor dalam negeri versi Pemerintah ini, memang menjadi fenomena baru bagi dunia investasi keuangan nasional, terutama dalam 4 tahun terakhir, meskipun jika dibandingkan dengan jumlah investor di instrumen keuangan lain seperti saham dan reksadana masih tertinggal.
Dengan memerhatikan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu, pertumbuhan jumlah investor SBN setelah penerapan sistem transaksi digital e-SBN pada tahun 2018 memang terlihat cukup eskalatif.
Pada tahun 2017 total jumlah investor SBN pelat merah, hanya sebanyak 128.474 investor. Tetapi sejak penjualan SBN dilakukan secara online, jumlah investornya melonjak 52 persen menjadi 195.777 investor.
Kemudian terus melesat 61,9 persen pada tahun 2019 mencapai 316.263 investor dan ketika pandemi Covid-19 mendera pada tahun 2020, jumlah investor SBN terus bertambah hingga 460.372 investor.
Bahkan, terakhir, menurut catatan PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia(KSEI) hingga Desember 2023 lalu, jumlah keseluruhan investor SBN sudah menembus angka 1 juta, atau tepatnya sebanyak 1.077.000 investor