Beberapa bulan lalu salah satu teman saya merekomendasikan untuk membaca sebuah novel berjudul "Gadis Kretek" yang ditulis oleh Ratih Kumala, seraya mengirimkan softcopy-nya. Sayangnya, saya belum sempat membaca novel tersebut secara utuh.
Meskipun demikian, saya bisa menangkap bahwa novel yang banyak bercerita tentang sosok Dasiyah atau Jeng Yah itu sangat menarik untuk dinikmati.
Ndilalahnya,kemudian saya mendengar kabar bahwa layanan streaming berbayar Netflix tengah memfilmkan novel tersebut dan akan menayangkannya mulai 2 November 2023 kemarin.
Tentu saja, hal tersebut membuat saya senang dan menjadikan "Gadis Kretek" sebagai salah satu most anticipated Netflix serial tahun ini.
Dan akhirnya penantian itu bisa dituntaskan Kamis (02/11/2023) malam, secara maraton saya menonton 5 episode Gadis Kretek, in a row.
Hanya satu yang saya dapat ucapkan setelah menyaksikan seluruh episode serial Gadis Kretek, ini film yang luar biasa keren. Mengaduk emosi begitu rupa, sehingga tak terasa membuat saya meneteskan air mata.
Serial dengan cast ensemble yang cukup mentereng ini memang digarap secara sangat serius dan tak kaleng-kaleng.
Di film ini ada nama-nama, seperti Dian Sastrowardoyo yang berperan sebagai Dasiyah atau Jeng Yah, Ario Bayu sebagai Soeraja muda keduanya merupakan tokoh sentral dalam serial terbatas ini.
Kemudian ada nama, Putri Marino sebagai Arum Cengkeh, Arya Saloka sebagai Lebas, Sha Ine Febriyanti sebagI Roemaisa, ibunda Jeng Yah, Sheila Dara sebagai Purwanti, Tissa Biani sebagai Roekayah, Ibnu Jamil sebagai Seno adji.
Ada pula nama Winky Wiryawan sebagai Tegar, Dimas Aditya sebagai Karim, hingga artis-artis senior seperti Tuty Kirana, Noengky Kusumastuti, dan Pritt Timothy.
Serial yang di Sutradarai oleh Kamila Andini dan Ifa Isfansyah ini mengambil setting di era 1960-an, di sebuah kota di Jawa.