Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan(DJPPR-Kemenkeu) sebagai penerbit dan pengelola Sukuk Tabungan seri ST 010 telah merilis besaran imbal hasil yang ditawarkan untuk dua sub seri instrumen keuangan berbasis syariah yang akan mulai ditawarkan ke publik pada 12 Mei 2023 akhir pekan ini.
ST 010 T2, berjangka waktu 2 tahun, imbal hasilnya sebesar 6,20 persen per tahun. Sedangkan ST 010 T4 yang jatuh temponya 4 tahun, imbal hasilnya mencapai 6,40 persen per tahun.
Tingkat imbal hasil yang ditawarkan tersebut sangat menarik, lantaran jauh di atas rata-rata suku bunga deposito di bank-bank milik negara dan spread atau selisihnya 45 hingga 65 basis poin di atas suku bunga acuan Bank Indonesia 7 days repo rate (BI7DRR).
Selain menawarkan imbal hasil menarik, pajak atas imbal hasilnya pun hanya 10 persen saja, separuh lebih rendah dibandingkan deposito, yang pajak atas pendapatan bunganya mencapai 20 persen.
Investasi di ST 010 itu disamping pasti cuan, juga sangat aman dan 99 persen bebas risiko, karena dijamin 2 undang-undang yang memastikan pokok dan imbal hasilnya terbayarkan.
Apalagi konsep imbal hasil yang ditawarkan itu super duper keren, floating with the floor atau mengambang dengan batas minimal, menggunakan jangkar acuan BI7DRR.
Suku bunga acuan BI tersebut sangat mungkin naik turun, tetapi imbal hasil ST 010 hanya mungkin naik tidak bisa turun.
Meskipun memang kenaikannya tak akan seketika, ada review dan sinkronisasi yang dilakukan setiap tiga bulan, terhitung mulai dari proses settlement transaksi selesai dilakukan hingga masa jatuh tempo tiba.
Satu hal lain yang membuat dua sub seri ST 010 lebih menarik lagi, surat berharga syariah negara ini berorientasi keberlanjutan lingkungan alias berwawasan hijau atau dalam bahasa Inggris di sebut green sukuk, bagian dari pembiayaan hijau yang belakangan memang tengah hype bener di dunia investasi global.
Fakta bahwa green financing ini tengah hype, mengutip World Economic Forum, pasar dari green bond atau obligasi hijau yang merupakan bagian dari green financing secara global, bakal mencapai 2,36 milyar US Dollar atau setara Rp. 34.456 triliun.
Pembiayaan hijau atau green financing adalah struktur pembiayaan berupa produk dan jasa keuangan yang menggunakan faktor lingkungan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan kredit, menstimulasi lahirnya lingkungan investasi yang bertanggungjawab dan mendorong terciptanya proyek-proyek ramah lingkungan meskipun masih dalam koridor bisnis yang menguntungkan.