Tupperware....
Nyaris seluruh perempuan di Indonesia dan mungkin diberbagai negara lain di dunia mengenal rangkaian huruf tadi.
Ketika mendengar itu, benak kita langsung mengasosiasikan nama tersebut pada sebuah produk plastik berkualitas prima, tahan lama, anti tumpah, dan memiliki model serta kelengkapan yang cukup beragam.
Mengutip ungkapan filsuf Benjamin Parker "With Great Quality, Come Great Price" atau dalam ungkapan sehari-hari biasa disebut "ada harga, ada rupa," Tupperware memang dibanderol lebih mahal dibandingkan produk-produk peralatan plastik lain yang sejenis.
Makanya jangan heran, karena berharga cukup mahal Tupperware adalah salah satu hal yang bisa membuat emak-emak berang, bahkan hingga mampu mengintimidasi suami dan anaknya, saat mereka kehilangan Tupperware gara-gara keteledoran yang dilakukannya.
Bagi para "bunda", Tupperware serupa barang yang sangat berharga selain mahal, benda plastik yang kebanyakan berupa toples, tempat makan atau dalam bahasa lawas sunda disebut "misting," hingga tempat minum, menjadi benda koleksi yang menunjukan sebuah "keagungan" harga dirinya.
Biasanya, satu lemari didekasikan khusus buat koleksi-koleksi Tupperware mereka, meskipun begitu banyak itemnya, hilang satu saja para ibu akan tahu dan seluruh isi rumah akan kena interogasinya.
Begitu berharganya Tupperware bagi perempuan, sebaliknya perempuan pun ternyata menjadi mahluk paling berharga bagi Tupperware, karena berkat perempuan Tupperware bisa berkembang seperti saat ini, mengutip Forbes Magazine, 99 persen tenaga penjual Tupperware adalah Perempuan.
Bahkan seiring waktu, saking masif promosi dari mulut perempuan ke mulut perempuan lainnya, Tupperware menjadi nama generik untuk setiap produk perabotan "wadah-wadahan" dari plastik, apapun merknya orang menyebutnya tetap saja Tupperware.