Artinya, frekuensi aktivitas seksual atau intercourse masih tetap dilakukan tetapi menggunakan berbagai cara agar hubungan seksual yang dilakukan tersebut tak menyebabkan kehamilan yang berujung hadirnya seorang anak.
Dengan demikian tak tepat rasanya jika kondisi itu disebut sebagai "resesi seks." Toh hubungan seksual tetap dilakukan dengan frekuensi dan intensitas sama, yang tak diinginkan hanya lah salah satu hasil dari hubungan seksual tersebut, yakni anak.
Resesi sendiri, sejatinya merupakan istilah ekonomi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Resesi adalah /re*se*si/ /rssi/ n kelesuan dalam kegiatan dagang, industri, dan sebagainya (seolah-olah terhenti); menurunnya (mundurnya, berkurangnya) kegiatan dagang (industri):
Sedangkan Seks, dalam konteks ini dimaknai sebagai aktivitas seksual, hubungan seksual, intecourse, atau penetrasi penis terhadap vagina.
Jika digabungkan "Resesi Seks" akan bermakna kelesuan atau berkurangnya minat dalam melakukan hubungan seksual atau intercourse, dengan tujuan apapun bahkan untuk sekedar kegiatan rekreatif sekalipun, bukan karena enggan memiliki anak.
Dengan demikian, kurang tepat rasanya jika Kompas.Com mengartikan resesi seks sebagai "keengganan seseorang atau pasangan suami istri untuk memiliki anak atau memilih untuk memiliki sedikit anak "seperti tertulis di atas.
Saya sudah menulis tentang "resesi seks' ini di Kompasiana sejak 3 tahun lalu, silakan baca disini, dengan mengutip tulisan yang dibuat analis ekonomi CNBC, Jake Novak bertajuk "America's sex recession could lead to an economic depression"
Dari tulisan Novak inilah lahir istilah "Sex Recession" atau resesi seks yang kemudian menjadi semacam istilah baru. Selain tulisan Jake Novak, kondisi resesi seks yang kini mulai menyerang dunia, sebelumnya pernah ditulis oleh Kate Julian, seorang kolumnis perempuan di The Atlantic dengan judul "Why Are Young People Having So Little Sex?"
Tulisan Kate Julian yang bersumber dari berbagai penelitian terkait aktivas seksual ini, banyak dikutip oleh berbagai media internasional saat mereka menulis tentang resesi seks yang kini melanda banyak negara maju, seperti misalnya Amerika Serikat, Jepang, China, Korea Selatan, dan Singapura.
Dalam terminologi Jake Novak dan Kate Julian, resesi seks bisa terjadi karena anak-anak muda yang masuk dalam kategori milenial dan generesi Z, jauh lebih sedikit melakukan aktivitas seksual atau berhubungan seksual karena berbagai sebab.