Tim Nasional favorit saya sepanjang masa selain Timnas Indonesia adalah "Der Panzer"Jerman. Sebagian besar pemain favorit saya sepanjang masa juga berasal dari negara yang pernah terbelah menjadi dua ini.
Sebut saja misalnya Kiper top nan kontroversial Harald Tony Schumacher, gelandang serang sekaligus dirigen di lapangan tengah Lothar Matheus, dan penyerang penuh determinasi Karl Heinz Rummanige.
Di luar ketiga nama tadi, ada banyak pemain hebat Jerman yang masih melekat dalam benak saya, Hansi Muller, Pierre Litsbarski, Felix Magath, Andreas Brehme, Oliver Khan, Rudy Voller, Jurgen Klinsmann hingga Oliver Bierhoff, Steffen Efenberg, Michael Ballack, Bastian Schweinsteiger, dan generasi Manuel Neuer, Thomas Muller, Timo Werner.
Meskipun untuk penyerang, saya juga mengidolakan striker stylish asal Belanda Marco van Basten.
Kembali ke Jerman, saya mulai menyukai Jerman sejak masih bocah dan Jerman masih bernama Jerman Barat, pada saat Piala Dunia 1982 di Spanyol.
Di mata saya, Jerman bermain stabil sepanjang pertandingan, dalam posisi tertinggal maupun memimpin, ritme yang mereka mainkan nyaris tak berbeda, sabar, tak grasa-grusu, benar-benar berusaha mengontrol pertandingan.
Kekompakan mereka sebagai sebuah tim di lapangan hijau tak perlu diragukan lagi, meski kerap bermain tanpa pemain yang benar-benar bintang, jarang sekali Jerman bermain buruk sebagai sebuah tim.
Dalam memainkan si kulit bundar mereka penuh determinasi dan persistence dalam menembus pertahanan lawan, serta spartan saat bertahan.
Tak ada dalam kamus mereka menyerah sebelum peluit panjang tanda bertandingan berakhir berbunyi.
Hal itu bisa terjadi lantaran Jerman memiliki mental yang sangat kuat, well prepared, bahkan kerap text book dalam memainkan strategi di lapangan.
Para pemain Jerman dikenal sangat cerdas sehingga mereka mampu menerjemahkan strategi pelatih di lapangan dengan baik.