Seminggu terakhir ini, saat dalam perjalanan pergi pulang menumpang KRL jabodetabek , saya berkali-kali melihat atau berpapasan dengan perempuan-perempuan yang look-nya menarik, mengenakan busana kantor dengan dihiasi penutup kepala atau topi jenis atau model tertentu.
Topi jenis tertentu yang kemudian saya ketahui dinamakan "bucket hat" ternyata banyak dikenakan juga oleh para wanita saat nge-mall dengan padanan busana yang lebih trendy.
Karena hal tersebut, saya anggap agak di luar kebiasaan selama ini (mungkin karena saya kudet).
Saya jadi penasaran topi yang dikenakan mereka itu untuk kebutuhan fashion atau fungsinya?
Mengacu pada situasinya, saya yakin perempuan-perempuan itu mengenakan bucket hat hanya untuk estetika fashion, bukan untuk fungsinya.
Yakni, menutupi kepalanya agar tak terkena teriknya sinar matahari dan terpaan suhu dingin atau untuk menunjukan identitas tertentu seperti saat polisi atau instansi lain mengenakannya
Walaupun sebenarnya, mengenakan topi itu sangat mungkin bertujuan untuk memenuhi kebutuhan keduanya.
Awalnya topi dikenakan seseorang hanya sebatas fungeinya saja. Namun kemudian seiring berjalannya waktu, topi menjadi bagian estetika untuk mempercantik diri.
Sehingga penampilan seseorang yang mengenakannya menjadi lebih menarik, bahkan bisa jadi membuat tampilan penggunanya lebih "chic."
Dan benar saja, setelah saya telusuri awal penggunaan penutup kepala atau topi lewat riset sederhana menggunakan mesin pencari google, topi awalnya digunakan untuk kebutuhan fungsinya yakni melindungi kepala agar tak terkena sengatan teriknya sinar matahari dan terpaan dinginnya suhu udara.
Menurut buku yang ditulis oleh Hilda Amphlett bertajuk: "Hats: A History of Fashion in Headwear"