Lihat ke Halaman Asli

Efwe

TERVERIFIKASI

Officer yang Menulis

Jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Aqla Ditembak Mati Israel, Perjuangan Bangsa Palestina Tak Berbatas Agama

Diperbarui: 13 Mei 2022   11:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indeksnews.com

Tragedi pembunuhan Wartawati Al Jazeera Shireen Abu Aqla oleh tentara Israel saat meliput bentrokan antara warga Palestina dan pasukan keamanan Israel di Kota Jenin Tepi Barat Palestina beberapa hari lalu, memunculkan gelombang kecaman dari para pemimpin dunia.

Mereka pun menyerukan penyelidikan penuh, independen, dan transparan atas pembunuhan yang oleh Al Jazeera disebut "dibunuh dengan sengaja" dan " dengan darah dingin" tersebut.

Tentu saja diksi cukup tajam dari Kantor Berita yang bermarkas di Doha Qatar tersebut bukan tanpa alasan.

Jaringan media itu mengutip dari saksi mata yang mengatakan bahwa penembak jitu sengaja menembak Shireen tepat di kepala, meskipun wartawati senior tersebut terlihat sangat jelas mengenakan rompi  dan helm bertuliskan "Pers."

Dalam Hukum Humaniter Internasional atau lengkapnya International Humanitarian Law Applicable in Armed Conflict jelas disebutkan bahwa jurnalis adalah bagian dari masyarakat sipil yang harus dilindung dalam peperangan.

Artinya tindakan tentara Israel menembak mati Jurnalis Al Jazeera itu adalah sebuah kejahatan.

Seperti dilansir sejumlah media daring internasional, atas dasar itu lah para pemimpin dunia mulai dari petinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Uni Eropa, China, Mesir, Pakistan, Afghanistan, Palestina, Qatar, dan sejumlah negara lain memandang kelakuan biadab tentara Israel itu harus dipertanggungjawabkan oleh mereka yang berperan dalam seluruh rangkaian kejadian tersebut termasuk pemerintah Israel.

Uni Eropa mendesak agar insiden mematikan tersebut harus diselidiki secara independen. PBB dan Amerika Serikat menyerukan penyelidikan dilakukan secara komprehensif, mengingat Shireen Abu Aqla ini sebenarnya merupakan warga negara Amerika Serikat berdarah Palestina-Amerika.

Israel sendiri seperti dikutip dari berbagai media menolak bertanggungjawab atas kejadian tersebut, Perdana Menteri Israel Naftalli Bennet menyebut bahwa rombongan wartawan Al Jazeera ditembaki oleh orang-orang bersenjata Palestina selama baku tembak terjadi.

Kilah-kilah seperti ini memang menjadi semacam template dari pemerintah Israel, bahkan mereka tak segan-segan untuk merancang fabrikasi fakta untuk menegaskan pernyataannya.

Reputasi busuk Israel terhadap hal-hal seperti ini memang sudah dikenal nyata, tetapi anehnya diujungnya tak pernah ada satupun langkah nyata dari PBB atau negara-negara Barat untuk mengakhiri kekejaman Zionis Israel terhadap Bangsa Palestina di wilayah pendudukannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline