Extravaganza Hari Raya Idul Fitri 1443 dengan segala pernak dan perniknya termasuk perjalanan mudik kini telah memasuki masa extra time.
Sebagian pemudik sudah kembali ke kota tempat mereka berkegiatan ekonomi sehari-hari, sebagian lainnya, karena pemerintah memperpanjang masa libur sekolah dan membuka kesempatan bagi para pekerja untuk bekerja dari rumah alias WFH, masih menikmati aktifitas "mudiknya."
Kebijakan memberi waktu tambahan liburan bertujuan untuk memecah arus balik mudik agar tak terkonsentrasi dalam waktu yang bersamaan sehingga akhirnya menimbulkan kemacetan parah.
Mudik tahun 2022 ini menjadi momen silaturahmi yang selama dua tahun sempat terputus lantaran pandemi Covid-19 yang saat itu masih mengganas.
Ritual sosial yang ditandai dengan pergerakan jutaan manusia dari pusat-pusat ekonomi tempat mereka mengais rezeki menuju tanah kelahiran untuk sementara waktu.
Pemerintah memperkirakan lebih dari 85 juta orang atau nyaris sepertiga dari jumlah total penduduk Indonesia melakukan perjalanan mudik tahun ini.
Secara sosial, budaya mudik merupakan sendi utama penopang ikatan primodial di kalangan masyarakat Indonesia sekaligus menjadi momen indah untuk saling berbagi rezeki, cerita sukses maupun cerita duka, serta romantisme masa kecil dengan handai taulan di kampung halaman.
Pergerakan manusia dalam jumlah gigantic seperti itu tentunya akan diikuti pula dengan pergerakan uang.
Tingkat perputaran uang yang besar dan cepat atau dalam teori ekonomi disebut Velocity of Money akan mendorong kenaikan jumlah produksi barang dan jasa terutama sektor ekonomi riil.
Dengan demikian, aliran "duit kota" yang dibawa oleh pemudik ke daerah-daerah tempat mereka berasal dapat menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi regional yang ujungnya bisa menjadi pendongkrak pertumbuhan ekonomi secara nasional.