Lihat ke Halaman Asli

Efwe

TERVERIFIKASI

Officer yang Menulis

Cinta Segitiga antara Momen Ramadan, Inflasi, dan Pertumbuhan Ekonomi Bersemi Kembali

Diperbarui: 20 April 2022   16:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi via Kompas.com

Momentum bulan Ramadan di Indonesia adalah sesuatu yang sangat spesial dan unik. Ramadan di Indonesia tak hanya tentang penguatan sisi spiritual , tetapi beririsan tebal dengan praktik budaya yang mengiringi umat muslim dalam menjalankan ibadah Rukun Islam ke-3 tersebut.

Sejatinya menurut sabda para alim dan ulama, berpuasa di bulan Ramadan dikhususkan bagi umat muslim yang beriman untuk menjalani pelatihan agar mampu mengendalikan hawa nafsu duniawi, dan pada akhirnya mencapai ketakwaan yang hakiki.

Namun anehnya, jika ditilik dari sisi konsumsi masyarakat "mengendalikan hawa nafsu" itu tak terlihat.

Belanja mayoritas  rumah tangga masyarakat Indonesia pada bulan Ramadan meningkat berkali lipat dibandingkan bulan-bulan lain.

Tren konsumsi masyarakat akan terus bereskalasi sangat tajam begitu memasuki bulan Ramadan hingga mencapai puncaknya beberapa hari menjelang Hari Raya Idul Fitri tiba.

Memang dalam dua Ramadan terakhir, 2020-2021 karena pandemi covid-19 melanda dunia termasuk Indonesia, konsumsi masyarakat di bulan penuh berkah ini tertahan karena sejumlah faktor terutama pembatasan pergerakan manusia untuk menurunkan probabilitas penularan.

Tetapi sepertinya, untuk Ramadan 2022 ini geliat konsumsi masyarakat akan jauh lebih kencang dibandingkan dua Ramadan terakhir, karena saat ini Covid-19 relatif lebih terkendali, sehingga masyarakat lebih leluasa berkegiatan ekonomi meskipun geliatnya belum akan seperti saat pra-pandemi.

Geliat ekonomi saat Ramadan ditopang oleh pendapatan ekstra masyarakat pekerja, berkah dari tunjangan hari raya (THR) yang diterima oleh hampir seluruh tenaga kerja di Indonesia.

Di luar THR yang akan menguatkan konsumsi masyarakat di bulan Ramadan 2022 ini antara lain, guliran bantuan dari pemerintah berupa bantuan langsung tunai (BLT) atau skema bantuan lainnya bagi masyarakat penerima manfaat serta donasi-donasi sosial berbau religius seperti zakat mal.

Efeknya akan mengerek daya beli seluruh masyarakat Indonesia dari mulai kelas paling bawah, menengah hingga paling atas dalam jangka waktu yang pendek dan serentak.

Selain berkaitan dengan hal-hal mikro seperti perubahan pola dan tingkat konsumsi, daya beli, dan berbagai asumsi lainnya. Ramadan lazimnya juga diasumsikan berkorelasi positif terhadap pertumbuhan ekonomi di tingkat makroekonomi daerah maupun nasional.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline