Naiknya harga salah satu jenis BBM non-subsidi RON 92 bermerk dagang Pertamax tak terhindarkan. Invasi Rusia ke Ukraina mendongkrak harga minyak mentah dunia ke level di atas US$ 100 per barel.
Tak ada pilihan lain bagi Pertamina selain menaikan harga jual Pertamax menjadi Rp. 12.500- Rp 13.500 per liter mulai 1 April 2022.
Dari sebelumnya Rp.9.000 hingga Rp. 9.500 per liter. Pertamina mengklaim bahwa harga tersebut masih jauh di bawah harga keekonomiannya yang sebesar Rp. 16.000 per liter.
Sebenarnya untuk jenis Pertamax ini besaran harganya memang turun naik sesuai harga pasar tak seperti pertalite yang dipatok di harga Rp. 7.650 per liter.
Untung saja pemerintah melalui Pertamina masih belum melepas secara penuh harga Pertamax tersebut sesuai harga keekonomiannya.
Ya, bagaimana lagi Indonesia sekarang ini merupakan net impotir minyak. Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar, kini sebagian besar harus mengandalkan impor.
Oleh sebab itu harga BBM menjadi sensitif terhadap harga minyak mentah dunia
Betul memang Indonesia masih memiliki ladang minyak bumi, tetapi produksinya terus menurun. Sementara konsumsinya terus meningkat.
Dari kapasitas operasional kilang sekitar 800 ribu barel per hari (bph), produksi minyak mentah dalam negeri hanya sekitar 660 ribu bph.
Oleh karenanya terpaksa kita harus impor minyak mentah untuk diolah di kilang minyak dalam negeri maupun produk olahannya seperti BBM
Menurut data Badan pusat Statistik, per Desember 2021 impor minyak mentah Indonesia mencapai 4,42 juta ton sepanjang Januari- Desember 2021.