Deretan sanksi ekonomi yang dijatuhkan Amerika Serikat, Uni Eropa, Inggris, dan para sekutunya kepada Rusia untuk merespon serangan yang dilakukannya terhadap Ukraina dianggap cukup efektif.
Aliansi Barat yang dimotori Amerika Serikat memutus sistem transaksi pembayaran global SWIFT dengan Rusia.
Di tambah kemudian dengan dua perusahaan layanan pembayaran Visa dan Mastercard pun memutuskan menghentikan operasinya di Rusia.
"Perang ekonomi" berlanjut pada sektor energi, salah satu sumber pendapatan Rusia. Amerika Serikat dan Negara-Negara Barat bersepakat untuk mengurangi impor energi secara signifikan dari Rusia.
Berbagai Sanksi ekonomi Barat ini memang telah membuat Rusia menghadapi krisis keuangan hebat.
Nilai mata uang mereka, Rubel terjun bebas pada kisaran 30 sampai dengan 40 persen, terendah sepanjang sejarah modern terhadap Dollar AS.
Imbasnya, rush atau penarikan uang besar-besaran oleh masyarakat terjadi di Rusia. Warga Rusia yang mengantre di ATM seperti dilansir sejumlah media internasional mengular cukup panjang.
Selain itu, aliran investasi ke Rusia terutama dari Barat terhenti seketika, bahkan perusahaan-perusahaan Barat yang existing seperti Nike, Starbuck, Mc Donald , Iphone dan banyak lagi yang lainnya memutuskan hengkang dari Rusia.
Otomatis hal ini akan mengganggu pertumbuhan ekonomi Rusia. Penggangguran akan naik tajam, sementara harga bahan kebutuhan pokok merambat naik.
Inflasi diproyeksikan akan melonjak, sementara pertumbuhan ekonomi hampir dapat dipastikan melambat.