Desember bulan di akhir tahun menjelang, biasanya isu "Reuni" menerjang, Reuni....apa yah? apalagi kalau bukan REUNI 212.
Jenis reuni yang lahir dari momentum aksi demonstrasi ini tak pernah terjadi di belahan dunia manapun, kecuali di negeri +62.
Reuni 212 tahun 2021 ini merupakan reuni edisi keempat, setelah aksi demo yang bertujuan melengserkan Ahok dari kursi Gubernur DKI Jakarta dilangsungkan 2 -12-2016 lalu.
Mereka yang hadir dalam aksi demo yang konon katanya berjumlah 7 juta orang mendapat predikat sebagai Alumni 212.
Jenis Alumni seperti ini pun saya kira hanya ada di Indonesia, bahkan oleh Panitia dan sekelompok pihak yang mendamba manfaat lebih, aksi demo 212 ini di-institusionalisasi-kan
Mereka membentuk kelompok yang lahir dari sebuah aksi demo yang disebut oleh mereka dengan nama cukup mentereng dan terkesan intelek "Presidium Alumni 212."
Bahkan, aksi demo 212 ini melahirkan kegiatan ekonomi "umat," misalnya Koperasi 212, 212 Mart, dan berbagai bisnis bermerk 212 lainnya dengan mengumpulkan uang jamaah (kecuali usaha penerbitan dan film Pendekar Kapak Sakti Wiro Sableng 212), coba kurang keren apa, meskipun saya tak terlalu paham bagaimana sekarang nasibnya bisnis tersebut.
Saya rasa semua elan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok yang terlibat menjadi panitia aksi demo 212 itu sungguh mencengangkan.
Idenya meng-institusionalisasi sebuah aksi demo itu sungguh original, apalagi kemudian setiap tahunnya diadakan reuni atau mungkin agak lebih pas kalau saya menyebutnya "Re-aksi"
Selain untuk alasan sentimentil yang mengingatkan "bahwa kita pernah berhasil" mengalahkan Ahok (dalam bahasa mereka si Penista Agama), kita tahulah bahwa aksi demo ini sebetulnya sangat politis meskipun dibalut oleh bungkusan agama,
Karena ini politis, agar memiliki posisi tawar yang kuat dalam politik maka mereka harus terlihat tetap eksis. Untuk itulah reuni aksi 212 setiap tahun harus dilangsungkan.