Taliban yang kini secara de facto menjadi penguasa di Afghanistan menyatakan bahwa mereka berjanji untuk menghormati hak-hak perempuan warga Afghanistan.
Seperti dilansir Aljazeera.com, Pernyataan ini dirilis dalam Konperensi pers pertamanya setelah mereka menguasai Istana Kepresidenan di Ibukota Kabul, sebagai penanda mereka sekarang menjadi penguasa Afghanistan.
Juru Bicara resmi Taliban, Zahibullah Mujahid menyatakan Taliban yang kini kembali menguasai Afghanistan berbeda dengan Taliban yang 25 tahun lalu mengendalikan negeri yang selama 4 dekade tak putus di rundung konflik ini.
Selain itu, Zahibullah pun menekankan mereka tak berminat untuk membuka konflik dengan siapapun baik dengan faksi-faksi internal di dalam negeri atau pun dengan komunitas internasional.
"Kami tidak sedang mencari musuh secara eksternal maupun internal"ujarnya seperti dilansir AlJazeera.com, Rabu (18/08/21) waktu setempat.
Selain itu, untuk menjamin stabilitas keamanan dan politik, Taliban akan memberi amnesty kepada pihak-pihak yang selama ini memerangi dan berseberangan dengan mereka.
Janji Taliban ini tentu saja menggembirakan banyak pihak, meskipun sebagian besar dari pihak itu termasuk media-media barat dan warga Afghanistan sendiri tak serta merta percaya dengan ucapan Taliban ini, mengingat sejarah mereka selama ini ketika memerintah sangat otoriter, tertutup, kejam dan sama sekali tak menghormati hak-hak perempuan.
Saat Taliban pertama kali menguasai Afghanistan pada medio 90an, banyak pihak sangat berharap mereka akan mampu memberikan stabilitas ke negara itu.
Namun faktanya, seperti yang saya kutip dari berbagai sumber bacaan, ketika mereka mulai memegang kendali pemerintahan pada tahun 1996, mereka memerintah secara lalim, kejam, dan luar biasa otoriter serta menindas berdasarkan syariat Islam yang mereka tafsirkan sendiri.
Status perempuan menjadi sasaran utama mereka sesaat setelah mulai memerintah, Seluruh sekolah wanita dari setiap tingkatan mereka tutup.
Setiap perempuan warga Afghanistan dipaksa untuk tetap berada dirumah, yang bekerja saat itu juga harus berhenti yang bersekolah saat itu juga harus menghentikan proses belajarnya.