Menesilik perjalanan kasus eks Jaksa Pinangki Sirna Malasari ini sungguh menarik, mulai dari kasusnya, kehidupan pribadinya hingga gimmick-gimmick yang menyertainya.
Ia mulai terekspos ke publik setelah kabar keterlibatannya dengan buronan kasus Cessie Bank Bali Joko Tjandra mencuat, foto-foto dirinya bersama Joko beredar luas di media sosial.
Adalah Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) yang membongkar keterlibatan mantan pejabat eselon IV Kejaksaan Agung Republik Indonesia ini.
Setelah ramai, kehidupan pribadi Pinangki pun dikuliti sampai menjadi nyaris telanjang. Mulai dari sebutan pelakor, sugar baby, hingga gaya hidupnya yang super mewah menjadi santapan publik.
Menjadi tambah menarik karena memang Pinangki ini memiliki wajah yang rupawan, yang sepertinya ia pergunakan secara maksimal untuk meraih apa yang ia capai saat ini.
Setelah kehebohan yang membuat dirinya menjadi pesakitan, persidangan pun dimulai. Ia sadar betul penampilan adalah segalanya untuk membentuk citra diri.
Kumparan.com
Saya jadi bertanya-tanya saat itu, masih laku kah cara mensaleh-salehkan diri agar mendapat diskon hukuman?
Faktanya, secara keilmuan Jilbab memang kerap memiliki makna simbolis tidak terbatas pada perintah agama belaka. Ada kontruksi wacana yang bergerak disana.
Ada kontruksi sosial, politik sampai dengan etis dalam pemakaiannya. Sebab, selalu ada motif spesifik yang melatari orang untuk mengenakannya.
Nah, ketika Pinangki mengenakan jilbab saat persidangan kasusnya dimulai, tentunya ia ingin mendapat citra dari "simbol" tersebut.