Hiruk pikuk penanganan pandemi Covid-19 dengan segala dampaknya memenuhi ruang publik, mulai dari media mainstream terutama media daring dan televisi hingga media sosial di semua platform berbicara tentang itu.
Ada yang mendukung upaya -upaya pemerintah dalam mengendalikan Covid-19, tetapi banyak pula yang mengkritik sejumlah kebijakan dan elan pemerintah tersebut.
Namun, adapula yang menunggangi isu pandemi ini untuk memenuhi syahwat politik mereka.
Tsunami informasi terkait Covid-19 ini terkadang sangat membingungkan, kita jadi sulit membedakan mana informasi yang benar, mana informasi yang didasari hoaks atau misleading data.
Semua bercampur aduk tak tentu arah, rasanya hidup ini menjadi tambah sulit. Tak hanya menghadapi virus, kita pun harus memilah dengan cermat dan seksama informasi-informasi tersebut, dan itu membuat otak kita "hang"
Jaringan Internet dengan media sosial dan grup percakapannya berperan besar dalam tetek bengek urusan Covid-19 ini.
Pemerintah sendiri terlihat gagap menghadapi ini, bukan hanya di Indonesia sebenarnya kondisi ini terjadi. Hampir seluruh negara-negara di dunia mengalami kesulitan ini.
Bahkan di Amerika Serikat sekalipun hoaks tentang Covid-19 itu secara masif beredar hingga memaksa Joe Biden Presiden AS harus meng-adress langsung hal ini.
Ia dengan lantang menyebut bahwa media sosial membunuh orang karena membiarkan misinformasi tentang vaksin Covid-19 beredar dimasyarakat.
"Mereka membunuh orang-orang. Lihatlah, satu-satunya pandemi yang kita alami berada di orang-orang yang tidak divaksin. Mereka membunuh orang-orang," kata Biden di Gedung Putih, seperti dilansir Republika.Co.Id. Sabtu(17/07/21).
Bayangkan masyarakat AS yang notebene literasi digitalnya lebih baik daripada masyarakat Indonesia harus bermasalah dengan disnformasi ini.