Polemik tarik ulur, pro dan kontra vaksin berbayar atau jika meminjam istilah Menteri BUMN Erick Tohir vaksin gotong royong secara resmi dibatalkan oleh Presiden Jokowi, seperti yang disampaikan oleh Menteri Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
"Setelah mendapatkan masukan dan juga respons dari masyarakat, Presiden telah memberikan arahan dengan tegas untuk vaksin berbayar yang rencananya disalurkan melalui Kimia Farma semuanya dibatalkan dan dicabut," kata Pramono di Istana Negara, Jakarta, seperti dilansir Detik.com. Jumat (16/07/21).
Kontroversi vaksin berbayar yang kemudian menjadi polemik yang tidak produktif ditengah memuncaknya kasus positif baru di Indonesia ini, merupakan cerminan dari inkonsistensi dan ketidakpekaan para pembantu presiden dalam mengelola dan menterjemahkan target-target yang diinginkan Jokowi dalam menangani pandemi Covid-19.
Dari awal vaksinasi ini mulai dilakukan di Indonesia sudah jelas dan clear konsepnya selurih vaksinasi Covid-19 itu gratis, ingat ucapan Jokowi pada 16 Desember 2020.
"Jadi setelah menerima masukan dari masyarakat dan melakukan kalkulasi ulang keuangan negara, dapat saya sampaikan bahwa vaksin Covid-19 untuk masyarakat adalah gratis," kata Jokowi, saat itu seperti yang saya kutip dari Kompas.com.
Memang kita tahu wacana awal sebelum vaksin itu tiba di Indonesia, mekanisme vaksinasi dibagi menjadi 2 skema vaksinasi yakni 30 persen dibiayai pemerintah alias gratis dan 70 persen harus membayar yang saat itu disebut vaksinasi mandiri.
Dalam perjalanannya, setelah 2 skema vaksinasi itu mencuat ke publik, masyarakat berteriak meminta vaksinasi Covid-19 diberikan gratis kepada seluruh masyarakat.
Akhirnya konsep 2 skema itu kemudian berubah menjadi seluruhnya gratis.
Ketika vaksinasi sudah mulai berjalan, tiba-tiba para pengusaha yang di motori mereka yang bergabung dalam Kadin memohon kepada pemerintah untuk bisa berpartisipasi dalam program vaksinasi dengan menggunakan istilah vaksin gotong royong
Niatnya mulia mereka ingin membantu pemerintah untuk segera mencapai herd immunity melalui vaksinasi gotong royong ini.
Namun sepertinya niat mulia ini di domplengi juga dengan keinginan untuk mencari untung, paling tidak itu lah yang saya tangkap dari artikel yang dilansir oleh Kontan.Co.id.