Lihat ke Halaman Asli

Efwe

TERVERIFIKASI

Officer yang Menulis

Intoleransi Sejak Dini Merupakan Ibu Kandung dari Terorisme di Kalangan Milenial

Diperbarui: 30 Maret 2021   11:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Kompas.com

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar menyebutkan bahwa identitas teroris yang melakukan teror bom bunuh diri di depan Gereja Katedral di pusat Kota Makassar, adalah sepasang suami istri yang baru menikah 6 bulan lalu  dan mereka adalah pasangan teroris milenial.

"Karena teridentifikasi pelaku kelahiran tahun '95, jadi inisialnya L dengan istrinya adalah termasuk tentunya kalangan milenial yang sudah menjadi ciri khas korban dari propaganda jaringan teroris," Kata Boy, Seperti dilansir Detik.com. Senin (29/03/21).

Fakta ini cukup membuat kita miris, propaganda jaringan teroris sudah merambah dan secara khusus menyasar kaum muda-mudi. 

Aksi-aksi terorisme yang melibatkan anak muda seperti yang terjadi di Gereja Katedral di Makassar tidak berdiri sendiri. Terdapat banyak faktor yang memengaruhi keterlibatan mereka dalam aksi teror seperti itu.

Salah satunya karena konstelasi politik nasional Indonesia masih saja terpolarisasi akibat pertarungan politik mulai dari 7 tahun lalu. 

Para politisi yang gemar berpolitik dengan menggunakan politik identitas untuk menaikan elektabilitas seharusnya menjadi salah satu pihak yang bertanggungjawab.

Karena penggunaan politik identitas, disadari atau tidak kemudian melahirkan intoleransi meskipun memang kondisi ini terbantu oleh trend pengerasan ideologi beragama yang menurut Prof Azyumardi Azra menemukan momennya saat reformasi terjadi di Indonesia mulai dari awal tahun 2000-an.

Apalagi kemudian ketika teknologi informasi mulai berkembang, platform media sosial dan aplikasi percakapan menjadi salah satu media untuk menyebarkan informasi yang beragam termasuk ideologi beragama dengan narasi-narasi cukup keras yang bisa menumbuhkan intoleransi di kalangan muda.

Meskipun memang tumbuhnya intoleransi di kalangan muda pun tak hanya karena satu faktor. Sekurang-kurangnya ada 4 faktor yang melatarinya.

Pertama, soal kesiapan mental anak-anak muda yang belum matang, sehingga mereka mudah terpengaruh oleh hal-hal yang datang dari peer grupnya atau kalangan yang berpengaruh seperti yang mereka anggap sebagai panutan semisal ulama atau pendakwah tertentu.

Kedua, ketimpangan politik yang memunculkan spekulasi bahwa kaum muda kurang memiliki akses memadai padahal mereka dianggap sebagai tulang punggung Indonesia di masa depan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline