Sedari awal saya meyakini bahwa pertandingan catur antara GMW Irene Kharisma Sukandar versus Dewa Kipas akan dimenangkan Irene.
Dan benar saja, seperti kita saksikan bersama lewat siaran langsung di channel Youtube milik Deddy Coubuzier, Irene menang telak atas Dewa Kipas dengan skor 3-0.
Kualitas permainan Irene pun terlihat unggul jauh dibanding lawannya, ia terlihat stabil sejak awal pembukaan, tengah hingga menyelesaikannya dengan taktis.
Untuk mencapai kualitas permainan seperti itu butuh waktu yang panjang bagi Irene. Tak kurang dari 20 tahun ia butuhkan untuk itu, sejak mulai diperkenalkan dengan permainan catur saat ia berusia 8 tahun.
Perempuan kelahiran Jakarta 7 April 1992 ini, merupakan anak seorang penggila catur. Sebenarnya perkenalan Irene pada dunia catur bisa disebut secara tak sengaja.
Ayahnya saat itu mengantarkan kakaknya Kaisar Jenius Hakiki ke sekolah catur tanpa tahu bahwa si kecil Irene memiliki minat dan bakat dalam bermain catur.
Kemudian Irene terlihat sangat meminati permainan catur, mungkin saya membayangkan tingkah Irene seperti Beth Harmon yang meminta Mr Shaibel mengajarinya bermain catur dalam film The Queens Gambit.
Akhirnya sang ayah memasukannya ke sekolah catur Utut Adianto di Bekasi. Dalam perjalanannya Irene tumbuh menjadi seorang pecatur putri yang patut diperhitungkan sejak mulai bersekolah catur.
Saya mulai mengikuti kabar Irene Sukandar itu sejak membaca ada seorang anak perempuan cilik berusia 10 tahun meraih gelar Master Nasional.
Saat itu dalam ajang Sea Games 2003 Irene menjadi atlet termuda dari semua cabang ketika terpilih menjadi kontingen Indonesia pada ajang olahraga multieven yang saat itu dilangsungkan di Vietnam.
Dan hebatnya Irene berhasil membawa pulang 2 keping medali perak.