Saya sudah menduga bahwa korupsi dana bantuan sosial di Kementerian Sosial berupa suap yang diterima oleh Eks Menteri Sosial Juliari Batubara bakal meluas kemana-mana.
Lantaran cakupan pihak-pihak yang diduga terlibat di dalamnya cukup luas, kemudian karena bersifat darurat proyek pengadaan bansos sembako ini menjadi sangat rentan untuk disalahgunakan.
Selain persoalan teknis, pastinya dari sis politik pun akan banyak dicermati dan dikomentari masyarakat mengingat posisi Juliari sebagai kader partai penguasa, PDIP.
Tak aneh juga, jika kemudian ada yang menyebutkan aliran dana yang diterima Juliari di duga mengalir ke PDIP, jika dihubungkan dengan posisi Juliari Batubara di DPP PDIP sebagai Wakil Bendahara Umum partai,apalagi dalam suasana politik yang hangat seperti saat ini.
Walaupun bisa saja dugaan tersebut hanya mengada-ngada, tetapi Komisi Anti Rasuah(KPK) kini tengah terus menggali informasi terkait kemungkinan aliran dana ke partai berlambang banteng moncong putih ini.
Meskipun demikian KPK, melalui Juru Bicaranya Ali Fakhri menegaskan bahwa jika mereka mendalami informasi aliran dana hingga ke partai, itu bukan berarti mau cawe-cawe urusan sosial politik tapi hanya untuk urusan penegakan hukum.
"Perlu kami tegaskan, perkara-perkara yang ditangani KPK murni penegakan hukum bukan soal terkait adanya latar belakang sosial politik para pelakunya," ujar Ali.
Selain aliran dana ke partai, ada kabar yang membuat saya lumayan terhenyak ketika dalam laporannya, Majalah Tempo merilis berita bahwa Gibran Rakabuming Raka putra sulung Presiden Jokowi sekaligus Walikota Terpilih Kota Solo versi Quick Qount,ikut terseret kasus ini.
Ayah dari Jan Ethes ini di kabarkan oleh majalah tersebut diduga memberikan rekomendasi khusus kepada PT. Sri Rejeki Isman (Sritex) untuk pengadaan kantong kemasan sembako bansos.
Namun kabar tersebut kemudian dibantah oleh PT. Sritex, melalui Head of Corporate Communication PT. Sritex, Joy Citradewi, pihak Sritex mengakui bahwa mereka mendapat proyek pengadaan kantong tersebut.
"Benar kita memang supply. Waktu itu di-approach Kemensos mengenai pengadaan. Sempat kan ada publikasinya, mereka tadinya harusnya di-supply sama perusahaan lain, tapi kesulitan sama bahan baku karena impor," ujar Joy.Minggu (20/12/20), seperti dilansir Kumparan.Com.