Pemilihan umum dan Pemilihan Presiden di Amerika Serikat 2020 menyedot perhatian seluruh masyarakat dunia, alasan yang paling utama kenapa hal itu bisa terjadi karena kebijakan pemerintah AS akan sangat berpengaruh terhadap konstelasi geopolitik dan ekonomi secara global.
Sebagai satu-satunya negara adi daya, AS dengan size ekonominya yang masif apapun kebijakan ekonominya akan menimbulkan dampak signifikan bagi perekonomian dunia secara keseluruhan.
Di bawah administrasi Presiden Donald Trump sebelumnya, AS begitu proteksionis terhadap pasar dalam negerinya.
Berbagai kebijakan proteksionis ia rilis, tarif pajak dinaikan bagi barang-barang yang datang dari luar negeri ke AS.
Ia seolah ingin seluruh transaksi dagang dengan negara lain harus menghasilkan surplus dagang bagi negaranya.
Padahal dalam transaksi perdagangan internasional situasinya harus selalu win-win, ada surplus dan terkadang defisit agar perekonomian dunia berjalan seimbang.
Makanya kemudian melahirkan perang dagang yang sangat sengit dengan China, yang membuat perekonomian dunia terguncang.
Trump lebih menyukai pendekatan bilateral antar negara dibandingkan multilateral dengan berbagai traktat perdagangan melalui WTO atau G-20 misalnya.
Semasa Trump berkuasa berbagai traktat ini nyaris tak berjalan karena Trump enggan menandatangani perjanjian-perjanjian multilateral.
Jika Trump kembali memimpin AS dengan memenangkan Pilpres 2020 ini, maka 4 tahun ke depan perekonomian dunia akan kembali berada dalam situasi penuh ketidakpastian seperti saat ini.
Karena secara pribadi pun Trump menurut pengamatan saya selama ia memerintah sangat impulsif.
Walaupun ada juga yang menyebutkan sebenarnya sifat impulsifnya itu lahir secara kalkulatif. Jadi Trump kelihatannya saja serampangan memutuskan sesuatu, padahal keputusannya tersebut merupakan hasil dati sebuah kalkulasi matang.