Lihat ke Halaman Asli

Efwe

TERVERIFIKASI

Officer yang Menulis

Resesi Itu Berbeda dengan Krisis Apalagi Depresi dan Secara Teknis Indonesia Belum Resesi

Diperbarui: 10 Agustus 2020   16:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

hype.grid.id

Biro Pusat Statistik (BPS) merilis pengumuman bahwa menurut catatannya Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal II 2020 terkontraksi menjadi negatif 5,32 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019(Year on Year)

Sementara jika dibandingkan dengan Kuartal I tahun 2020, pertumbuhan ekonomi di Kuartal II terkontraksi sebesar negatif 4,19 persen. Apabila dibandingkan antara Semester I tahun 2020 dengan semester yang sama tahun lalu maka, pertumbuhan ekonomi berada di angka positiff 1,26.

Seperti diketahui pertumbuhan ekonomi Indonesia di Kuartal I 2020 masih dalam teritori positif di angka 2,97 persen. Artinya secara konseptual dan teknikal Perekonomian Indonesia belum masuk dalam kategori negara terkena resesi.

Karena secara konsep sebuah negara bisa disebut terjun ke jurang resesi ekonomi manakala selama 2 kuartal berturut atau lebih dalam kurun tahun yang sama pertumbuhan ekonomi negara tersebut dalam posisi negatif.

Apakah dengan hal ini Indonesia bisa dikatakan terbebas dari resesi ekonomi? tentu saja tidak. Jika pada Kuartal III yang kini tengah dijalani pertumbuhan ekonomi Indonesia negatif, maka secara konsep dan teknis Indonesia sudah masuk dalam jurang resesi.

Kemungkinan itu masih sangat besar, seperti yang diucapkan oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati.

"Memang probabilitas negatif (di kuartal III) masih ada karena penurunan sektor tidak bisa secara cepat pulih," katanya. Rabu (05/08/20), seperti dilansir CNBCIndonesia.com.

Nah untuk menghindari itu Tim Ekonomi Pemerintah Jokowi kini tengah berusaha keras menggenjot belanja pemerintah, dengan berbagai upaya terutama menggelontorkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) agar segera sampai dan termanfaatkan oleh masyarakat.

Ketika uang tersebut sampai kemasyarakat, daya beli masyarakat akan terdongkrak dan ekonomi Indonesia yang pertumbuhannya 70 persen lebih di dotong transaksi domestik akan ikut terangkat pula.

Dalam situasi seperti ini pemerintah memang tak bisa terlalu berharap pada investasi asing untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi, Singapura yang merupakan investor asing yang realisasi investasinya terbesar di Indonesia sedang dalam posisi resesi setelah pada kuartal II 2020 ini kembali mencatat pertumbuhan ekonomi negatif, minus 41, 2 persen.

Jadi ekonomi domestik lah yang paling bisa diharapkan agar Indonesia terhindar dari resesi.

Lantas, andai Indonesia tak bisa menghindari resesi karena pertumbuhan ekonomi di Kuartal III minus, apa yang akan terjadi?

Jika resesi terjadi dampaknya bukan hanya pada aspek ekonomi namun bisa berdampak sosial bahkan jika terus tak terkelola dengan baik bisa saja berdampak pada aspek politik dan keamanan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline