Banyak sekali kekecewaan saya terhadap kepemimpinan Jokowi di periodenya yang ke-2 ini. Mungkin ekspektasi saya saja yang terlalu tinggi saat memilih kembali Jokowi sebagai Presiden Indonesia untuk kali kedua.
Dalam bayangan saya saat itu, di periodenya yang ke-II Jokowi akan lebih baik, dalam periode pertamanya saja Jokowi berhasil mewujudkan pembangunan infrastruktur yang sangat masif, salah satunya jalan tol dan jalan arteri dibangun dimana-mana.
Environment birokrat pun terasa berbeda, ada sesuatu yang lebih baik di bawah kepemimpinan Jokowi, paling tidak itu lah yang saya saksikan. Kemudian secara pribadi gesturnya yang penuh ketulusan dan jujur membuat saya sangat yakin bahwa pilihan saya saat itu sangat tepat.
Apalagi kemudian dalam banyak kesempatan Jokowi kerap kali mengungkapkan bahwa di periode ke-2 nya tak memiliki beban lagi karena dirinya menurut Undang-Undang Dasar (UUD) 45 Amandemen sudah tak diperbolehkan lagi mencalonkan diri menjadi Presiden pada Pilpres 2024.
Salah satunya saat berbicata di hadapan para aktivis 98 di Jakarta tahun 2019 lalu.
"Saya dalam 5 tahun ke depan insyaallah sudah tidak memiliki beban apa-apa. Jadi, keputusan yang gila, keputusan yang miring-miring, yang itu penting untuk negara ini akan kita kerjakan. Jadi saya tidak memiliki beban apa-apa," katanya. Seperti dilansir CNBCIndonesia.Com
Awal kekecewaan saya sebenarnya saat ia mencari pendampingnya dalam Pilpres 2019, terlihat jelas beban itu masih ada, kalah oleh Partai Politik pendukungnya.
"Katanya tanpa beban"
Namun karena alasan pemilihan KH. Maaruf Amin sebagai Cawapres saat itu agar politik Identitas bisa dieliminir, bisa lah masuk akal.
Walaupun saya kurang meyakini efektivitasnya dalam bekerja, dan buktinya sekarang, silahkan nilai sendiri saja kerjanya, Jokowi seperti one man show.
Undang-Undang nomor 19 tahun 2019 tentang KPK menjadi kekecewaan lain, meskipun gelombang protes sangat keras dari banyak pihak saat itu berdatangan, namun Jokowi tak bergeming.