Anies Baswedan Gubernur DKI Jakarta ini memang keren jika urusan berkata-kata. Wawancara dan Konperensi pers merupakan salah satu keahliannya.
Jika arah pemberitaan berpihak kepadanya, maka wawancara dan jumpa pers akan kerap dilakukan, dan ia akan berkomentar ini itu.
Namun jangan tanya jika arahnya berbalik ia akan hilang bak tertelan bumi, tentu nya kita masih ingat terkait penebangan sejumlah pohon besar di Kawasan Selatan Monas
Angin masalah menderu keras ke arahnya, dan iya pun merunduk tak muncul diperedaran untuk beberapa lama, hingga masalah itu di handle oleh Sekda DKI Jakarta, Saefullah.
Begitu pun ketika kasus Aibon dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemprov DKI Jakarta, sempat menghilang kemudian muncul setelah isu mulai mereda.
Dan diujung masalah-masalah tersebut ia selalu menemukan pihak untuk disalahkan. Misalnya saat kekeliruan pemberian penghargaan kepada Diskotik Collosieum, ia menyalahkan anak buahnya dengan memecat Kepala Dinasnya, padahal penghargaan itu ditanda tanganinya.
Masalah RAPBD 2020 yang sempat karena skandal aibom, alih-alih memperbaiki sistem kerjanya, eh malah menyalahkan e budgeting yang dibuat saat jaman Gubernur sebelumnya, Ahok dan Djarot.
Agak berbeda ketika musibah banjir datang menghampiri, ia cekatan, cekatan tampil di publik maksudnya, karena itu memang musibah dan semua pihak tak serta merta bisa menyalahkan Anies, karena faktanya hujan yang turun saat awal tahun baru 2020 itu termasuk ekstrim.
Itu saat banjir pertama, tanggal 1 Januari 2020, walau diserang sana sini termasuk dari pemerintah pusat karena Anies keukeuh tak mau melanjutkan normalisasi kali, ia cekatan menangkis, bahkan sesekali melakukan serangan balik .
Kemudian banjir ke dua datang tanggal 18 Jamuari 2020, dan banjir ke tiga, terjadi lagi seminggu kemudian tanggal 24 Januari 2020.
Dan Ke empat banjir kembali terjadi tanggal 25 Februari 2020, jadi agenda Gubenur DKI Jakarta pada 2 bulan awal di tahun 2020 ini lebih terkonsentrasi pada urusan banjir.