Berkali-kali saya menulis kekhawatiran Bantuan Sosial (Bansos) yang di kucurkan pemerintah untuk mengurangi dampak ekonomi pandemu Covid-19 berpotensi salah sasaran di Kompasiana ini.
Kini setelah bansos itu mulai dibagikan kekhawatiran itu mulai menjadi kenyataan. Salah satunya terjadi di Kelapa Gading Barat, masyarakat di wilayah tersebut beramai-ramai mengembalikan 22 paket sembako karena mereka merasa tak berhak mendapatkan bantuan tersebut.
Fakta ini dibenarkan oleh Camat Kelapa Gading, Hermawan seperti yang dilansir Media Indonesia,
"Ada 22 paket sembako yang dikembalikan oleh warga yang tinggal di RW 07 Kelurahan Kelapa Gading Barat. Bukan penolakan, mereka merasa bilangnya masih ada warga yang lebih pantas menerima sembako," ujarnya di Jakarta, Kamis (16/04/20).
Wilayah tersebut menurut salah satu Anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDIP Gilbert Simanjuntak merupakan kawasan dengan masyarakat "the have", rumahnya saja rata-rata berharga Rp.7 miliar per unit.
Padahal sebelumnya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meyakinkan masyarakatnya bahwa bansos khusus ini akan tepat sasaran.
Untung saja warga Kelapa Gading tersebut sadar dan memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kondisi bangsa yang kini tengah susah, dengan mengembalikan seluruh paket bansos teesebut.
Sebenarnya dari awal situasi seperti ini sudah bisa diprediksi, selain karena akurasi data kependudukan yang masih jauh dari kata presisi.
Saya melihat ada kemalasan dari para aparat untuk memperbaharaui kembali data yang ada dengan cara mendata ulang door to door.
Memang dalam situasi darurat seperti ini dibutuhkan kecepatan dalam penyaluran bansos, namun kurasi data dan transparansi menjadi hal yang sangat penting, tak boleh diabaikan.
Apalagi di DKI Jakarta, aturan pembagian Bansos disebutkan tak jelas, karena Gubernur Anies, belum jua menerbitkan Peraturan Gubernur (Pergub) terkait program ini sesuai dengan Pergub tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).