Kita tentu mengetahui berbagai upaya telah dilakukan untuk memajukan pendidikan di Indonesia mulai dari membangun gedung-gedung sekolah, pengadaan sarana dan prasarana pendidikan hingga pengangkatan tenaga kependidikan. Pendidikan saat ini tidak hanya membutuhkan pengetahuan yang disalurkan oleh pendidik kepada peserta didiknya, tetapi pendidik juga dapat membuat peserta didiknya dapat berpikir secara kritis, kreatif dan menjadi problem solver. Sebagai generasi penerus peserta didik diharapkan dapat mengoptimalkan potensinya untuk ikut serta meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Berpikir kritis dan kreatif merupakan berpikir dalam tingkat tinggi. Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Berpikir kritis merupakan kegiatan mengevaluasi-mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan. Kemampuan berpikir dengan jelas dan imajinatif, menilai bukti bermain logika dan mencari alternative imajinatif dari ide-ide konvensional adalah sebuah kebutuhan pemikiran. Pada saat ini berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah, sedangkan berpikir kreatif adalah kegiatan mental yang memupuk ide-ide asli dan pemahaman-pemahaman baru. Berpikir kritis dan kreatif memungkinkan peserta didik untuk mempelajari masalah secara sistematis menghadapi tantangan-tantangan, merumuskan pertanyaan yang belum pernah dilontarkan dan merancang solusi permasalahan. Pada anak di sekolah dasar perlu melakukan langkah-langkah kecil terlebih dahulu sebelum akhirnya menjadi terampil dalam berpikir. Anak-anak selalu memiliki keterbukaan mengenai informasi baru dan mereka biasanya memiliki kemauan yang tinggi untuk berubah. Anak-anak harus diberi kesempatan untuk menggunakan pikirannya di dalam kelas. Jika itu sudah terbiasa dilakukan mereka akan mulai bisa membedakan mana yang termasuk fakta atau opini, kebenaran atau kebohongan, pengetahuan dan keyakinan. Kemudian mereka akan membentuk argument mereka yang menggunakan bukti yang dapat dipercaya. Dari situlah mereka akan mulai untuk berpikir kreatif. Mereka akan terbiasa berpikir dengan cara baru untuk memecahkan masalah. Dengan begitu anak-anak akan terlatih untuk memecahkan masalah yang ada disekitar mereka menjadi problem solver.
Problem Solver yang dapat didefinisikan sebagai Proses mental sebagai proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukan ketrampilan lebih dalam menemukan dan membentuk pemecahan suatu masalah. Cara untuk menjadikan anak sebagai problem solver dapat dilakukan dengan kegiatan memberikan stimulus berupa masalah-masalah yang perlu diselesaikan kemudian memberikan kesempatan kepada anak untuk memahami nilai dan bekerja sama untuk mengkolaborasikan ide-ide mereka sehingga semua masalah dapat terselesaikan dengan baik seperti yang diharapkan.
Problem solver sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran karena dengan adanya problem solver ini maka pembelajaran akan semakin hidup dan semakin menggairahkan. Selain itu, siswa juga dapat mengembangkan kemampuan untuk berfikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan yang baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H