Lihat ke Halaman Asli

Ferry Rizky

Mahasiswa

Review Spider-Man: No Way Home, Fan Service Jadi Bagus atau Boomerang?

Diperbarui: 6 Januari 2022   21:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Film Marvel terakhir di tahun 2021, yang sudah ditunggu-tunggu oleh para fans dari yang anak kecil hingga dewasa akhirnya keluar. Ya, apalagi kalo bukan 'Spider-Man: No Way Home', yang menjadi penutup trilogi pertama bagi spiderman di Marvel. 

'Spider-Man: No Way Home' merupakan film terbaru dari Marvel Cinematic Universe yang disutradarai oleh Jon Watts seperti dua film sebelumnya, yaitu ' Homecoming' dan 'Far From Home'. D

ibintangi oleh Tom Holand sebagai Peter Parker. Film ini dimulai dari akhirnya film Far From home, ketika Mysterio mengungkapkan identitas Peter Parker sebagai Spider-Man dan orang yang bertanggung jawab sebagai pembunuh dari kematian dirinya.

Teror yang dia dapatkan berdampak ke orang-orang sekelilingnya bahkan Ned dan MJ sampai tidak bisa masuk ke kampus idaman mereka karena ada hal kontroversi ini. Hingga Peter Parker mempunyai ide untuk menemui Doctor Strange untuk meminta pertolongan darinya, agar orang-orang bisa lupa tentang dirinya. 

Akan tetapi, alih-alih membuat lupa semua orang, dengan banyaknya interupsi dari Peter Parker saat Doctor Strange merapal mantra. Membuat gerbang multiverse terbuka, yang mengakibatkan musuh-musuh Peter Parker dari beda universe datang ke universenya.

Cerita dalam 'No Way Home' bisa dibilang sebagai salah satu yang paling kelam, bahkan dalam keberlangsungan Marvel Cinematic Universe sejauh ini. Nuansanya yang lebih dark ini sekaligus digunakan sebagai perantara dalam mendewasakan sang Peter Parker versi Tom Holland tersebut.

Proses pendewasaan dari ragam karakter film adalah hal yang seru untuk dinikmati, utamanya dari Peter Parker terbaru ini. Namun, aspek tersebut nampak hanya bersinar ketika film seakan memaksakan hadirnya pihak eksternal yang justru mencuri perhatian ketimbang sang karakter utamanya sendiri.

Hal ini sangat terlihat ketika penceritaan serasa makin kabur dengan banyaknya fan service dari properti intelektual Marvel lainnya, yang sebenarnya tidak mutlak buruk. Seiring hadirnya fan service dan segudang nostalgia dari kemunculannya, film tampak jelas kehilangan taringnya yang membuat penonton berpaling dari bigger picture penceritaannya.

Tom Holland harusnya menjadi center di dalam film ini. Namun, pemeran paling bersinar dalam film ini adalah William Dafoe yang memerankan sebagai Norman Osborn. Aura jahatnya mampu mengalahkan seluruh cast dalam film ini dan merepresentasikan kekelaman di dalam dirinya sangat amat baik.

'No Way Home' arahan Jon Watts ini tetap dapat tampil baik secara teknis seperti film-film Marvel Cinematic Universe lainnya. Aksi dengan permainan CGI, juga scoring yang menggugah rasa membuat penonton merasa terhanyut dalam film ini.

Menurut penulis, 'No Way Home' bisa dianggap sebagai salah satu penutup seri 'Spider-Man' yang kelam dan lebih bagus dari film-film sebelumnya. Sayangnya, terlalu banyaknya fan service yang diberikan Marvel membuat alur ceritanya seakan kabur, membuat film ini hanya menjadi bahan nostalgia bagi para penonton yang menyukai Spider-Man dari dahulu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline