Lihat ke Halaman Asli

afri rahmat

Guru Muda

Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Diperbarui: 2 November 2021   05:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewntara adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia, maupun sebagai anggota masyarakat.

Anak-anak membutuhkan tuntunan supaya kodrat yang baik bisa menjadi semakin baik. Bahkan kodrat anak yang tidak baik, bisa menjadi baik. Sebaliknya apabila tidak mendapatkan tuntunan, kodrat yang baik pun bisa menjadi buruk dan jahat karena dipengaruhi oleh lingkugan yang tidak baik.

Kodrat anak yang dimaksud adalah berupa tabiat yang terdiri dari dua macam, yaitu intelligible (bisa diubah) dan biologis (selalu ikut selama hidup). Adapun tabiat yang intelligible adalah lemah pikir, kebodohan, kurang cepat pikir, kecakapan menimbang dan kuat lemahnya kemauan. Tabiat biologis seperti takut, malu, kecewa, egois, berani dan lain lain. Semua tabiat tersebut bisa diubah dengan pendidikan yang baik. Dengan pendidikan, seorang anak akan mampu mengelola semua tabiat tersebut hingga bermanfaat untuk kehidupannya kelak yang disebut dengan penguasaan diri dengan kecerdasan budi.

Budi pekerti (karakter) yaitu saat bersatunya gerak pikiran, perasaan, dan kemauan yang menimbulkan tenaga. Apabila pikiran perasaan dan kemauan baik, maka tenaga yang dikeluarkan adalah untuk hal-hal yang bermanfaat. Budi pekerti mempunyai ukuran, timbangan dan dasar yang tetap, maka budi pekerti tersebut akan sama untuk setiap orang. Budi pekerti dapat terbentuk dari keturunan, didikan, dan pengalaman selama hidup.

Pola pendidikan yang ditawarkan oleh Ki Hadjar Dewantara adalah ssstem among yaitu dengan selalu memperhatikan  dan mementingkan kodrat-kodrat anak dan mengaitkan dengan kodrat zamannya. Sistem among memiliki dua sendi, yaitu sendi kodrat alam dan sendi kemerdekaan. Selain itu dalam mendidik, Ki Hadjar Dewantara terkenal dengan semboyan yaitu : ing ngarsa sung tulada (di depan memberi teladan), ing madya mangun karsa (di tengah memberi semangat dan memotivasi kemauan), tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan) yang beliau terapkan di sekolah Taman Siswa.

Dalam pendidikan Ki Hadjar Dewantara berprinsip berpusat pada anak. Anak harus merdeka lahir batin serta tenaga. Ki Hadjar sengaja menambahkan kata tenaga dalam prinsipnya,  karena anak-anak sejatinya memiliki surplus tenaga. Energi mereka harus lepas. Maka dari itu kita sebagai guru perannya adalah sebagai fasilitator yang memfasilitasi agar kelebihan energy mereka tersebut tersalurkan dengan cara yang bermanfaat.

Sebagai calon guru penggerak, saya merasa mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru dalam mengajar di kelas. Pola pikir yang sebelumnya didominasi oleh perolehan nilai dan angka serta anak-anak yang harus diam di dalam kelas, ternyata tidak akan berdampak baik bagi perkembangan anak didik, yang akhirnya berdampak buruk dalam membangun peradaban. Sejatinya guru, dalam setiap tindakannya dalam melaksanakan pendidikan di kelasnya harus selalu mendahulukan kepentingan dan kebutuhan murid. Tugas kita adalah memfasilitasi mereka agar energy mereka yang berlebih tersalurkan dengan baik dan segala kodrat baik yang melekat pada diri anak menjadi tebal dan menjadi budi pekerti yang bermanfaat tidak hanya bagi kehidupan si anak, namun juga bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.

Di dalam kelas nantinya saya akan menyiapkan beberapa permainan yang telah disesuaikan dengan kurikulum dari pemerintah. Saya juga akan menggali lagi kebudayaan lokal yang bisa diadaptasikan ke dalam permainan. Dengan permainan tersebut saya berharap tidak ada anak yang tidak terfasilitasi dalam pembelajaran. semua akan mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan kemampuan mereka.

Selain itu saya juga akan berusaha merancang ruang kelas saya menjadi lebih meriah. Akan banyak pajangan, tempelan, warna-warni dan tempat hasil karya siswa saya.

Kenapa saya mau melakukan semua itu? Karena saya percaya bahwa tidak ada anak yang tidak memiliki potensi untuk menjadi bermanfaat di kemudian kelak. Mereka akan berkembang sesuai dengan potensinya. Setiap anak memiliki keunikannya masing-masing. Tiap-tiap anak punya pola belajar dan ketertarikannya sendiri-sendiri. Saya juga percaya bahwa anak yang di diagnosa terbelakang mental (retarded) pun bisa berkembang. Hanya saja mungkin cara dan fasilitasnya yang lebih banyak. Namun semua itu tetap bisa dilakukan apabila guru memiliki kemauan yang kuat dan tidak mudah putus asa.

Sumber : modul-modul pembelajaran guru penggerak

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline