Lihat ke Halaman Asli

Titipan ku.

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bukan hanya caktikmu yang aku puja.

Bukan rias semata yang membuat tautan hati.

Wajah itu lah pelipur lara bunga yang mengering.

Hatimu yang seputih salju membius jauh lebih dalam.

Mata air di tengah badai gurun pasir.

Menemukanmu adalah anugrah terindah yang pernah ada.

Namun, sejengkal saja tak mampu untuk sekedar menyentuhnya.

Kaki ini terasa berat hanya untuk melangkah mendekatimu.

Memilikumu hanya dalam angan dan fikir semu.

Terlanjur terikat oleh tali yang mengekang kuat.

Bukan salahmu namun dosakulah yang membuatnya demikian.

Akan terasa bertambah berdosa jika memaksakan aku masuk dalam hatimu.

Janji itu telah terlanjur terucap.

Janji yang membuat aku tak memilih satu pun hingga waktu penghabisan perjuangan ini.

Perjuangan yang mungkin mampu meningkatkan martabatku.

Teriaku sekali lagi.

Bukan salah mu, bukan dosamu, bukan inginmu.

Biar kutitipkan rasa ini untukmu meski kau bukan untukku.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline