Lihat ke Halaman Asli

Ferry Hermawan

Moch Ferry Hermawan

Perubahan Sosial Masyarakat di Tengah Pandemi Covid-19

Diperbarui: 28 April 2020   21:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Baru baru ini masyarakat dunia dihebohkan dengan kemunculan virus baru yang menyebar hingga beberapa negara dunia, termasuk negara Indonesia yang disebut dengan Virus Corona/ Covid 19. Covid 19 mulanya berasal dari negara China khususnya Kota Wuhan yang di akibat kan oleh virus yang berasal dari hewan, seperti kelelawar. Dikutip dari Suara.com dalam rangkuman Telegraph, penyebaran virus corona ke seluruh dunia diyakini bermula dari "pasar basah" di Wuhan, China yang menjual hewan hidup dan mati, termasuk ikan dan burung. 

Pasar-pasar seperti itu menimbulkan risiko yang lebih tinggi dari virus yang berpindah dari hewan ke manusia karena standar kebersihan sulit dipertahankan jika hewan hidup dipelihara dan disembelih di lokasi. Biasanya, pasar tersebut juga sangat padat sehingga penyakit dapat menyebar dari satu spesies ke spesies lainnya. Sumber hewan Covid-19 belum diidentifikasi, tetapi inang aslinya adalah kelelawar. Kelelawar tidak dijual di pasar Wuhan tetapi mungkin telah menginfeksi ayam hidup atau hewan lain yang dijual di sana.Virus ini sempat melumpuhkan kota Wuhan, hingga penyebarannya terus berkembang dan mewabah menjadi pandemic dunia.

Di Indonesia Sendiri virus ini mulai berkembang dan diketahui pemerintah pada tangal 2 Maret 2020. Awalnya pemerintah yakin bahwa masyarakat kita aman, tidak akan terdampak covid 19, berjalannya waktu virus ini terus merambah mewabah dan menjadi pandemi pada masyarakat Indonesia. 

Dalam menghadapi  virus Covid 19 ini, pemerintah mengambil kebijakan social distance guna memutus mata rantai penyebaran covid 19. Akan tetapi social distance ini dirasa kurang optimal untuk memutus mata rantai covid 19, seperti di Kota Jakarta dengan Kota yang pada penduduk dan sebagai pusat kota dirasa kurang optimal dilakukan social distance. Akhirnya pemerintah mengambil kebijkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang diberlakukan di Kawasan Jabodetabek.

Dari kebijkan kebijkan pemerintah yang di ambil untuk memutus mata rantai penyebaran covid19, menyebabkan perubahan perubahan sosial budaya di dalam masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat setiap individu bahkan kelompok masyarakat tentu mengalami perubahan. Jika terjadinya perubahan sebagai akibat penyesuaian diri[1] dari anggota suatu masyarakat secara penuh kesadaran, maka disebut social change, cultural change, sociocultural adaptation and adjustment (Susanto-sunarto, 1998, hal. 35).

Perubahan sosial masyarakat tidak hanya di pengaruhi karena adanya paksaan dari pihak luar, seperti kebijakan pemerintah yang harus dijalankan (Ethnocide). Akan tetapi perubahan sosial juga memang terjadi karena dorongan dari diri sendiri atau penyesuaian diri dari anggota masyarakat tersebut. 

Pemberlakuan PSBB dan Social distancing membawa pengaruh terhadap kehidupan masyarakat, khusunya dalam hal jual beli. Masyarakat Indonesia yang awalnya banyak melakukan transaksi langsung dalam kegiatan jual beli, seperti di pasar, mall swalayan, sekarang lebih banyak memanfaatkan online shop.  Banyak dari masyarakat Indonesia yang awalnya menjadi pedagang pasar beralih menjadi pedagangan online/ online shop. 

Selain itu, masyrakat dalam aktivitasnya juga banyak dimanfaatkan dengan jejaring internet sosial media. Instansi Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta selama pandemi Covid19 kegiatan perkuliahan sepenuhnya dilakukan dengan cara jejaring (online), sekolah sekolah diliburkan sementara, diganti dengan belajar dirumah dengan pantauan orang tua dan konsultasi dengan guru guru yang ditugaskan.  

Dalam dunia bekerja, sebagian perusahaan mengambil kebijakan untuk aktivitas kerja dilakukan di rumah, dengan jejaring internet. Ada juga perusahaan industry, yang mengurangi dan membagi aktivitas kerja karyawannya.

Kemudian, pandemi covid 19 juga membawa perubahan pada ekosistem. Dengan kebijakan social distance ini, pola konsumsi masyarakat menjadi lebih tinggi semenjak kita stay at home. Stay at home membuat masyarakat merasa jenuh, ada yang mengisi waktu dirumah dengan menanam. 

Sebagian masyarakat memanfaatkan kekosongan lahan dengan menanam. Banyak di kota kota gerakan lingkungan untuk mengisi waktu luang. Penurunan emisi karbon yang luar biasa, yang menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim menjadi berbeda dampaknya. Ditengah pandemic covid 19 ini banyak industry yang terhenti, secara global orang berhenti lockdown, pencemaran terhadap lingkungan berkurang, kualitas air, udara dan tanah menjadi meningkat kualitasnya. Daya dukung lingkungan Kembali pulih.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline