Pada Jumat, 4 Oktober 2024 Tim Riset Geografi Fisik dan Lingkungan dari Departemen Geografi Universitas Negeri Malang (UM) melakukan kegiatan pendampingan literasi konservasi airtanah menggunakan desain sumur resapan di Desa Mojorejo. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka melaksanakan salah satu dari tridharma perguruan tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat. Pendampingan literasi dilakukan dengan pemberian modul, sosialisasi, dan juga diskusi. Kegiatan ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat, utamanya Pemerintah Desa Mojorejo dalam melestarikan airtanah dan juga memberikan saran terkait jumlah dan desain sumur resapan sebagai salah satu upaya pelestarian sumber daya air yang ada di Desa Mojorejo.
Desa Mojorejo: Tantangan dalam Pemenuhan Kebutuhan Air akibat Alih Fungsi Lahan
Desa Mojorejo terletak Kecamatan Junrejo, Kota Batu pada 7°52'–7°53' LS dan 112°32'–112°34' BT. Desa ini memiliki luas wilayah 1,92 km². Peningkatan jumlah penduduk yang terjadi setiap tahunnya mengakibatkan peningkatan kebutuhan penduduk, termasuk kebutuhan terhadap air dan lahan. Namun kedua aspek ini tidak bisa berjalan berdampingan, dimana alih fungsi lahan akan berdampak pada berkurangnya ruang terbuka hijau (RTH) sebagai area resapan air. Sedangkan kurangnya daerah resapan air akan mempengaruhi ketersediaan airtanah dan kebutuhan air tidak dapat terpenuhi. Disisi lain, penggunaan airtanah yang berlebihan dan tidak diiringi dengan pelestarian airtanah, juga dapat menyebabkan berkurangnya ketersediaan airtanah. Oleh karena itu, diperlukan adanya usaha untuk meningkatkan area resapan air, sehingga airtanah dapat terlestarikan.
Observasi Lapangan Ungkap Keterbatasan Infrastruktur Resapan dan Pengelolaan Mata Air di Desa Mojorejo
Observasi oleh tim riset UM dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung dengan berkeliling pada Desa Mojorejo dan juga melakukan wawancara dengan Kepala Desa Mojorejo, Bapak Rujito untuk mendapatkan gambaran umum desa. Menurut informasi yang didapatkan, belum terdapat sumur resapan di wilayah Desa Mojorejo. Hal ini dikhawatirkan akan berdampak terhadap ketersediaan air tanah melihat latar belakang peningkatan kebutuhan air dan alih fungsi lahan yang terjadi.
Wawancara yang dilakukan juga memberikan informasi mengenai sumber daya air yang digunakan oleh masyarakat Desa Mojorejo. Dimana desa ini memiliki dua sumber air utama, yang berada di Dusun Kajang dan Dusun Ngandat. Dengan mendapatkan informasi ini, tim riset UM melakukan observasi langsung ke sumber air utama yang dimaksud.
Berdasarkan hasil observasi diketahui kondisi sekitar bahwa vegetasi di sekitar mata air di Dusun Kajang didominasi oleh pohon bambu dan semak-semak, yang dapat mengurangi run-off dan meningkatkan infiltrasi. Namun kondisi mata air ini kurang terawat. Sementara itu, mataair yang terletak di Dusun Ngandat dikenal sebagai mataair Punden Mbok Tarminah. Mataair ini berada di dekat pohon beringin dan bangunan yang biasanya digunakan untuk kegiatan spiritual. Air yang keluar dari kedua mata air ini akan ditampung, kemudian didistribusikan ke warga setempat menggunakan.
“Desa Mojorejo telah melakukan beberapa upaya konservasi airtanah, seperti pembentukan HIPPAM dan himbauan untuk tidak membangun bangunan dekat dengan sumber mata air. Namun, masih terdapat beberapa tantangan, seperti kepemilikan mata air yang masih perorangan dan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian sumber air.” ujar Bapak Rujito, Kepala Desa Mojorejo. Hal ini menunjukkan menunjukkan bahwa Desa ini memerlukan tindakan konservasi yang lebih terstruktur dan berkelanjutan guna menjaga keberlanjutan sumber daya air bagi masyarakat.
Konservasi Airtanah dengan Desain Sumur Resapan di Desa Mojorejo
Sumur resapan merupakan salah satu usaha yang dapat digunakan dalam konservasi airtanah. Sumur resapan akan membantu penyerapan air, utamanya air hujan, untuk menyerap ke dalam tanah dan mempercepat siklus air. Selain itu, sumur resapan juga merupakan solusi yang tepat untuk memaksimalkan pelestarian dengan menggunakan lahan yang minim. Oleh karena itu, tim riset UM memberikan usulan desain sumur resapan dengan mempertimbangkan berbagai aspek bentang alam dan lingkungan Desa Mojorejo. Usulan desain sumur resapan ini didasarkan pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11/PRT/M/2014 yang mengatur pedoman teknis pembuatan sumur resapan air hujan, berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2453-2002.
Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan oleh tim riset UM, didapatkan hasil bahwa Desa Mojorejo membutuhkan sekitar 31 sumur resapan dengan diameter 1 meter dan kedalaman 2 meter. Konstruksi sumur yang diperlukan diantaranya adalah buis beton diameter 1m, plat penutup SRA sumur resapan, dan pipa untuk air masuk – keluar. Selain itu, pada bagian dasar sumur diperlukan adanya lapisan ijuk, pasir, dan kerakal untuk mempercepat proses infiltrasi air yang masuk di sumur resapan.
Sumur-sumur resapan ini direkomendasikan untuk ditempatkan di area pemukiman dan lokasi-lokasi strategis, seperti Balai Desa, untuk memaksimalkan dampaknya. Pembagian sumur resapan disesuaikan dengan luas masing-masing RW. Dimana RW 1 membutuhkan 4 sumur, RW 2 membutuhkan 3 sumur, RW 3 memerlukan 3 sumur, RW 4 membutuhkan 7 sumur, RW 5 membutuhkan 3 sumur, RW 6 memerlukan 3 sumur, dan RW 7 serta RW 8 membutuhkan masing-masing 4 sumur.
Kegiatan Pendampingan Literasi Konservasi Airtanah Menggunakan Desain Sumur Resapan di Desa Mojorejo