Lihat ke Halaman Asli

Mengenal Lebih dalam Kampung Adat

Diperbarui: 9 November 2022   20:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Kampung adat terletak di Cireundeu kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat. Asal kata Cireundeu berasal dari sebuah pohon bernama "Rendeu" secara tradisional Cireundeu memiliki orang yang dituakan  disebut sebagai Sesepuh.    

 Masyarakat adat Kampung Cireundeu adalah bagian dari Sunda Wiwitan. Agama leluhur yang mereka anggap sebagai sebuah agama besar. Dengan ajaran-arajan peduli terhadap alam dan sopan santun. 

Konsep agama Sunda Wiwitan yang dianut masyarakat adat Cireundeu, yaitu Tuhan yang disebut "Gusti Sikang Sakang Sawiji Wiji" atau di atas segalanya pencipta mereka. 

Penganut ajaran ini juga dapat ditemukan di beberapa desa di provinsi Banten dan Jawa Barat, seperti orang Kanekes di Kabupaten Lebak, Banten dan sebagian kecil orang Ciptagelar di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Dokpri

masyarakat Cireundeu tidak pernah mengonsumsi nasi sebagai makanan pokoknya. Melainkan makanan utama yang dikonsumsi adalah singkong. Masyarakat setempat menyebutnya "rasi". 

Sebenarnya rasi hampir sama dengan nasi biasa, hanya saja terbuat dari singkong. Cireundeu sendiri dikenal sebagai desa swasembada pangan. Sesuai juga dengan tradisi nenek moyang mereka yang rutin berpuasa. 

Tujuan puasa adalah untuk mendapatkan kemerdekaan lahir dan batin. Sebuah ritual yang juga berfungsi untuk menguji keimanan seseorang. Serta sebagai pengingat akan Tuhan Yang Maha Esa.

Dokpri

Puncak salam merupakan tempat meditasi bagi masyarakat Cireundeu. Kegiatan meditasi ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur terhadap alam. Masyarakat setempat percaya bahwa meditasi dapat mengumpulkan energi dari alam. 

Dahulu tempat ini tak bisa dimasuki secara sembarangan. Namun, seiring berjalannya waktu, tempat ini mulai ramai dikunjungi oleh masyarakat umum. Namun ada syarat saat masuk yaitu dengan syarat melepas alas kaki baik sandal maupun sepatu. Hal itu dilakukan, karena masyarakat adat Cireundeu percaya bahwa manusia dan alam merupakan suatu kesatuan, sehingga tak ada penghalang. Melepas alas kaki menggambarkan kepercayaan bahwa 'Gusti anu ngasih' (Tuhan yang mengasihi), 'alam anu ngasah' (alam yang mendidik) dan 'manusa nu ngasuh' (manusia yang menjaga).

Dokpri

Kampung ini memiliki kesenia seperti kesenian gondang, karinding, serta angklung buncis. Angklung buncis merupakan alat musik yang tidak terpisahkan dari upacara seren tau dan biasanya dimainkan saat upacara tersebut berlangsung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline