Abangku, urutan ke-3 dari kami 5 bersaudara pernah berkata kepadaku kalau aku begitu beruntung kerena lahir sebagai anak siampudan (anak bungsu dalam bahasa Batak) karena biasanya setiap permintaanku pasti akan dituruti. Tentu saja aku mencium nada kecemburuan di dalam kalimat tersbut, walaupun ia berkata dan mengaku bahwa dia sama sekali tidak cemburu.
[caption id="" align="alignright" width="313" caption="The Simpsons - Twentieth Century Fox (About.com)"][/caption] Tidak ada yang memungkiri bahwa kejadian-kejadian seperti itu kerap terjadi dalam hubungan saudara kandung, kaka beradik, bahkan untuk keluarga yang terlalu rapuh, hal-hal seperti itu bisa memicu perpecahan diantara saudara sekandung. Apalagi kalau sudah berhubungan dengan uang, masalah bisa menjadi lebih rumit. Sayangnya, hal ini tidak bisa dihindari karena itu merupakan sesuatu yang alami. Setiap anak berada pada urutan lahir yang berbeda yang menyebabkannya memiliki posisi, hak, dan kewajiban yang berbeda pula. Sekarang, bagaimana orang tua secara bijak menyikapihal ini agar tidak menjadi pemicu perpecahan dalam keluarga. Alfred Adler salah satu pakar psikologi individual mengembangkan teori urutan lahir, didasarkan pada keyakinan bahwa keturunan, lingkungan, kreativitas individual bergabung membentuk kepribadian. Dalam sebuah keluarga, setiap anak lahir dengan unsure genetik yang berbeda, masuk ke dalam setting sosial yang berbeda, dan anak-anak itu menginterpretasi situasi dengan cara yang berbeda. Oleh karena itu setiap urutan kelahiran memiliki kepribadian yang berbeda. Berikut ini situasi dasar dan sisi positif dan negatif setiap urutan kelahiran anak dalam keluarga:
a.Anak sulung
Anak sulung mendapat perhatian yang utuh dari orang tuanya, sampai perhatian itu terbagi saat dia memperoleh adik. Perhatian orang tua ini membuat anak sulung cenderung memiliki perasaan mendalam untuk menjadi superior/kuat, kecemasaanya tinggi dan terlalu dilindungi.
Kelahiran adik membuat anak sulung “turun tahta”, hal ini membuat perhatian orang tua terbagi dan mengubah cara pandang si anak sulung terhadap dunia. Biasanya, kalau adik lahir setelah 3 tahun, anak sulung bisa menjadi marah dan benci kepada adiknya, tetapi jika sudah mengembangkan perilaku kooperatif, sikap itu akan diberikan kepada adiknya. Tetapi jika adik lahir sebelum 3 tahun, kemarahan dan benci itu biasanya tidak disadari, jadi ketika dewasa akan sangat susah untuk diubah.
Sisi positif: jika diasuh dengan baik anak sulung akan bertanggung jawab, melindungi dan memperhatikan orang lain, serta dapat menjadi organisator (pemimpin) yang baik.
Sisi negatif: merasa tidak aman, takut tiba-tiba kehilangan nasib baiknya, pemarah, pesimistik, berjuang untuk diterima, tidak kooperatif, dan senang mengkritik orang lain.
Tips bagi orang tua: orang tua dapat secara bijak mempersiapkan anak sulung dengan kahadiran adik dengan cara menceritakan kepada anak sulung tentang keuntungan-keuntungan memiliki adik. Anak sulung juga bisa diberi pelajaran dengan bermain dengan teman sebaya yang baik, dari pembalajaran ini, anak sulung akan belajar untuk bersikap kooperatif dengan kehadiran orang lain disekitar tanpa harus takut kehilangan cinta orang tuanya.
b.Anak kedua (tengah)
Anak kedua biasanya sudah bisa memulai hidup dalam situasi yang lebih baik untuk mengembangkan kerja sama dan minat sosial. Sampai tahap tertentu, anak kedua akan melihat perkembangan kepribadian kakaknya. Jadi, jika kakaknya penuh kemarahan dan kebencian, kemungkinan anak kedua bisa menjadi sangat kompetitif dan penakut. Tetapi biasanya anak kedua tidak mengembangkan sifat itu. Anak kedua lebih bisa berkerja sama dan berkompetisi dengan baik. Ketika meraih keberhasilan, anak kedua biasanya akan mengambangkan sifat revelusioner dan optimis bahwa otoritas kakaknya bisa dikalahkan.
Sisi positif: memiliki motivasi yang tinggi, minat sosial yang baik, lebih mudah menyesuaikan diri daripada kakaknya, dan bisa berkompetisi dengan sehat.
Sisi negatif: pemberontak dan pengiri permanen, cenderung berusaha mengalahkan orang lain, kompetitif berlebihan, mudah kecil hati, dan sukar berperan sebagai pengikut.
Tips bagi orang tua: anak kedua sebisa mungkin diberi kebebasan dan perhatian seperti anak sulung sehingga lebih termotivasi untuk berlajar dan meraih prestasi. Tetapi orang tua harus tetap waspada agar anak kedua tidak kelewat batas untuk bersaing, karena akan mengembangkan sifat keras kepala, pembuat masalah, dan tidak bisa bekerja sama dengan baik.
c.Anak bungsu
Anak bungsu merupakan anak yang paling sering dimanja, sehingga paling berisiko terhadap masalah. Biasanya anak bungsu akan mengembangkan sifat inferior (lemah, serba berkekurangan) dan tidak bisa berdiri sendiri. Namun, sebenarnya, anak bungsu memiliki banyak keuntungan, oleh karena itu sangat termotivasi untuk mengungguli kakak-kakaknya.
Sisi positif: sering bisa mengungguli semua saudaranya dan memiliki ambisi yang baik untuk berkembang.
Sisi negatif: gaya hidup manja, tidak bisa mandiri, tergantung pada orang lain, dan sering merasa tidak berguna dibandingkan dengan orang lain.
Tips bagi orang tua: anak bungsu memiliki potensi yang sangat besar untuk berhasil karena kasih sayang orang tua dan saudara yang lain tumpah kepadanya. Biasakan anak bungsu untuk melakukan segala sesuatu sendiri dan hindari untuk secara langsung permintaan anak bungsu. Mengulur waktu adalah cara yang tepat karena dengan demikian si anak bungsu akan belajar bahwa segala sesuatu tidak didapat dengan meminta tetapi dengan berusaha, jadi perilaku tergantung dan tidak mandiri bisa dihilangkan.
d.Anak tunggal
Anak tunggal memiliki posisi yang sangat unik dalam keluarga. anak tunggal tidak berkompetisi dengan saudara-saudaranya, tetapi dengan ayah dan ibunya. Oleh karena itu anak tunggal sering merasa superior yang berlebihan, memiliki konsep diri yang lemah, dan sering menanganggap dunia adalah tempat yang berbahaya apalagi ketika orang tuanya sangat over protective. Anak tunggal juga biasanya kurang bisa bekerja sama dengan baik dengan orang lain dan memiliki sifat parasit dimana dia mengaharap agar semua orang memanjakan dan melindungi dirinya.
Sisi positif: memiliki banyak keuntungan untuk berkembang dan mengembangkan minat setinggi-tingginya.
Sisi negatif: ingin menjadi pusat perhatian, takut bersaing dengan orang lain, gaya hidup manja, kerja sama yang buruk dan selalu merasa benar dan kedudukannya yang paling tinggi.
Tips bagi orang tua: jangan terlalu over protective kepada anak tunggal. Hampir sama seperti anak bungsu, usahakan mengulur waktu untuk memberikan apa yang diminta si anak. Sangat perlu juga mendorong anak tunggal untuk mengikuti berbagai oraganisasi atau olah raga yang berbentuk tim. Hal ini untuk meningkatkan kemampuan bekerja sama dan mengihilangkan sifat selalu benar karena dinamika kelompok akan membantu pemahaman anak tunggal posisi orang lain selain dirinya sendiri.
Demikian beberapa tips yang bisa aku bagikan dan semoga berguna…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H