Lihat ke Halaman Asli

Alasan Mengapa Orang Sering Kali Lupa Password

Diperbarui: 10 November 2021   02:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Fenomena lupa merupakan kegagalan seseorang di dalam menggali atau mengingat kembali informasi yang telah disimpan di gudang ingatan. Beberapa ahli menyatakan bahwa fenomena lupa terjadi seiring kerusakan informasi karena jarang digunakan, akan tetapi para ahli psikologi kognitif menyatakan bahwa lupa terjadi karena interferensi atau terhalang oleh informasi yang lain, dapat berupa informasi baru ataupun informasi lama.

Salah satu fenomena lupa yang sangat sering terjadi sekarang ialah fenomena lupa password. Lupa password adalah hal yang kerap kali dialami oleh kebanyakan orang dalam kehidupannya. Hal ini terkadang menyebabkan pengguna tidak dapat masuk ke berbagai situs dan akun media sosial mereka. 

Tidak hanya akun media sosial, fenomena lupa password sering sekali membuat orang-orang tidak dapat mengakses gawai atau laptop mereka, password internet banking, bahkan ada suatu kejadian seseorang yang lupa akan password smart lock pintunya, sehingga ia tidak bisa masuk ke rumahnya sendiri. Fenomena lupa password membuat banyak orang berjuang mengingat kata sandi kerena mereka saat ini membutuhkannya.   

Password sendiri adalah hal yang sangat penting untuk diingat dalam menjaga keamanan data. Menurut studi terbaru dari Mastercard, saat ini rata-rata orang memiliki sepuluh akun, perangkat, atau aplikasi berbeda, di mana kita harus memasukkan kata sandi (password) paling sedikit satu kali dalam seminggu. 

Menurut perhitungan rata-rata, seseorang memasukkan sekitar 8 password dalam seminggu. Namun, 84 persen orang lupa akan password yang mereka miliki dan harus mengganti password mereka berulang kali di mana untuk mengganti password membutuhkan waktu sekitar 11 menit. Sedangkan, mengubah password biasanya terjadi lebih dari lima kali per bulan. Hal ini tentu saja akan banyak menguras waktu kita dan membuat kita merasa terbebani.

Lupa password bisa dijelaskan dengan beberapa teori lupa atau memori. Memori sangat tergantung pada persepsi atau pengalaman, sehingga pengalaman-pengalaman itu sendiri meninggalkan jejak di otak kita. Masing-masing memori dalam setiap kepala mempunyai kapasitas yang berbeda-beda (individual differences). Beberapa pengalaman yang tidak meninggalkan kesan tertentu umumnya tidak disimpan sehingga mudah dilupakan.

Ada 4 teori lupa yang dikemukakan oleh para ahli:

Pertama ialah Decay Theory  dimana teori ini beranggapan bahwa memori semakin aus dengan berlalunya waktu bila tidak pernah diulang kembali (rehearsal). Informasi yang disimpan dalam memori akan meninggalkan jejak-jejak (Memori Traces) yang bila dalam jangka waktu lama tidak ditimbulkan kembali dalam alam kesadaran, akan rusak atau menghilang (Anderson 1995, hal 203; Stemberg 2006, hal 207). Teori ini juga disebut atropi atau theory desense. Oleh karena itu, sangat jelas teori ini menitikberatkan pada lama interval yang menunjukkan rentang lamanya waktu antara pemasukan bahan sampai ditimbulkannya kembali bahan itu.

Kedua ialah Teori Interferensi di mana teori ini beranggapan bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori jangka panjang masih ada dalam gudang memori (tidak mengalami keausan), akan tetapi jejak-jejak ingatan saling bercampur aduk, mengganggu satu sama lain. Bisa jadi bahwa informasi yang baru diterima mengganggu ingatan informasi yang lama, tetapi bisa juga terjadi sebalikanya. Jelas bahwa teori ini menitikberatkan pada isi intercal yaitu aktivitas-aktivitas yang mengisi intercal akan mengusahakan atau menggangu jejak ingatan sehingga kemungkinan individu akan mengalami kelupaan.

Ketiga ialah Teori Retrieval dimana teori ini menjelaskan kegagalan informasi yang sudah disimpan dalam memori jangka panjang yang ada, tetapi kegagalan untuk mengingat kembali tidak disebabkan oleh interferensi. Kegagalan untuk mengingat kembali lebih disebabkan tidak adanya petunjuk yang memadai. Dengan demikian, bila syarat tersebut dipenuhi (disajikan perunjuk yang tepat), maka informasi tersebut tentu dapat ditelusuri dan diingat kembali.

Keempat ialah Teori Motivated dimana teori ini menyatakan bahwa kita akan cenderung berusaha melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan, hal-hal yang menyakitkan, atau cenderung tidak menyenangkan ini akan ditekan atau tidak diperbolehkan muncul dalam kesadaran. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline