Lihat ke Halaman Asli

Fernando situmorang

Vox Populi Vox Dei

Koruptor dibalik Jubah Politisasi

Diperbarui: 24 Desember 2024   10:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Genderang Perang terhadap korupsi sudah merupakan kewajiban sebuah Negara. Dampak dari korupsi tentu bukan hanya menyisakan kerugian keuangan negara namun lebih dalam lagi adalah kemiskinan yang tampak didepan mata. Bagaimana kemiskinan menjadi ujung dari sebuah korupsi. Kemiskinan bila dapat diartikan secara sederhana adalah sebuah ketidakmampuan warga/kelompok atau bangsa dalam memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup. Kemiskinan tentu muncul tidak dengan sendirinya melainkan dari serangkaian kegiatan yang ditargetkan pemerintah tidak tercapai atau kegiatan tersebut disalahgunakan. 

Korupsi adalah penyebab nomor wahid dari sebuah perencanaan yang tidak tercapai, dimana negara yang sudah menargetkan pembangunan yang berkelanjutan dengan menyiapkan anggaran yang sesuai untuk pencapaian target tersebut namun digunakan melalui pemufakatan jahat antara pelaksana, pengambil keputusan dan pihak ketiga. Dana yang sudah dialokasikan diharapkan dapat menggerek roda perekonomian didaerah yang akan berdampak pada kegiatan ekonomi masyarakat. sebagai contoh, program pembangunan waduk dan pembangunan jalan dipedesaan. Anggaran Waduk digunakan untuk memperkaya diri sendiri dan orang lain, sementara waduk telah selesai dibangun dibawah standar spesifikasi, sehingga dalam 2 tahun, waduk tidak dapat lagi menampung debit air yang akhirnya roboh. Hal ini tentu mengakibatkan masyarakat sekitar tidak dapat lagi mengusahakan perkebunan, pertanian maupun peternakan dikarenakan ketidakadaan supply air. Perekonomian masyarakat pun akhirnya lumpuh, dan sebagaian memilih untuk menjadi buruh kasar. Dampak dari lumpuhnya perekonomian mengakibatkan naiknya harga pangan dan papan karena kurangnya supply sementara permintaan tinggi. Contoh diatas menunjukkan dampak sistemik dari korupsi, namun disayangkan akhir-akhir ini koruptor banyak ditangkap. Tetapi proses penangkapannya pun tidak mencerminkan sebuah penindakan namun sebuah penghormatan. Terduga koruptor akan dijemput dan dilayani dengan baik sampai proses penyidikan dan penyelidikan, berbeda dengan pencuri ayam yang diperlakukan keras secara fisik. 

Koruptor sekarang ini memiliki kelebihan yang tidak dimiliki koruptor yang sebelumnya, sekarang setiap penetapan tersangka kepada koruptor maka akan dengan lugas dan tegar untuk konferensi pers yang mengatakan ini adalah "Politisasi" Penguasa dengan dalil berseberangan dengan Penguasa. Dengan begitu akan ada opini yang akan melakukan pembelaan terhadap koruptor tersebut. Lucu memang adap di negeri ini, yang menganggap korupsi adalah sebuah cabang olahraga yang diperbutkan tanpat harus berkeringan untuk meraihnya. Selain Politisasi ada juga alat mujarab yang digunakan yaitu praduga tidak bersalah. Seyogyanya orang benar atau orang yang tidak bersalah tidak akan menduga-duga sehingga dugaannya tidak menimbulkan kekeliruan baru.

Koruptor itu sebenarnya atlit seni yang tidak perlu berkata, berbuat ataupun berhenti namun dampak kerugiannya berkepanjangan, perlawanan terhadap koruptor harus dimulai sejak dini dengan menanamkan budi pekerti dan moral sejak sekarang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline