Lihat ke Halaman Asli

Fernandes Nato

Guru | Cricket Coach

Tantangan Pendekatan 'Differentiated Learning'

Diperbarui: 20 April 2023   16:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: TeacheGoals LinkedIn

Tantangannya adalah ketika 'tanaman' yang beragam ini di tanam pada lahan yang sama: dia beradaptasi dalam dan juga dengan keberagaman yang lain atau punah. Pendekatan yang berbeda dalam pembelajaran jangan sampai melanggengkan 'selfisisme' berlebihan yang membuat seorang bertumbuh kerdil dan 'jago kandang doang'.

Adaptasi tentu saja tidak berarti dia harus kehilangan identitas dan originalitasnya. Pada lahan yang sama, nutrisi yang tersedia dan/atau dipersiapkan juga sama tetapi saat yang bersamaan membuat tumbuhan yang berbeda tetap merdeka tumbuh sebagai dirinya dalam kebersamaan dengan yang lain. Bertumbuh pada lahan yang sama tidak berarti membuat tumbuhan yang beragam menjadi homogen.

Kemerdekaan untuk tumbuh menjadi diri sendiri ini tentu bukan perkara mudah. Tidak semudah mulut berucap atau membalikkan telapak tangan apalagi semudah politisi mengumabar aurat, janji politik.

Perlu guru yang kompeten dan profesional dalam membentuk kultur tumbuh elok dan bermutu dalam keberagaman. SDM Guru harus terus belajar dan belajar, berinovasi dalam pembelajaran, dan tidak alergi apalagi resisten terhadap perubahan.

Heracleitos sang filsuf besar pada zaman Pra-socratik dari Yuni pernah berujar bahwa  tidak ada orang yang dapat masuk pada sungai yang sama pada saat yang berbeda. Perubahan adalah suatu keniscayaan sehingga guru juga harus memiliki kecakapan adaptif yang tinggi dalam menghadapi, mendidik, dan menata berbagai keberagaman karakter peserta didik.

Mas menteri #nadimmakarim melakukan suatu terbosan yang sangat revolusioner dalam dunia pendidikan emansipatoris, modern, dan merdeka bagi bangsa Indonesia saat ini dengan memasukkan 'survey lingkungan' sebagai salah satu aspek penting yang harus dinilai dalam penyelenggaraan pendidikan bermutu.

Sekolah sebagai 'taman' belajar, apakah telah memungkinkan tumbuhnya karakter yang bagus. Jangan-jangan jadi ruang kriminal praktik kemesuman syahwat tidak teratur para guru dan juga penyelenggara pendidikan.

Tampang boleh alim dan setiap saat bicara ayat tetapi ternyata sebagai kedok muslihat jahat untuk menumpah hasrat bejat. Jangan-jangan menjadi ruang perundungan bertumbuh, praktik rasuah berkelindan, dan ruang transaksional belaka (Bila Anda bisa membayar, ketidakdisiplinan dan berbagai pelanggaran tidak akan menjadi perosalan. Bila Anda mampu membayar dengan lancar maka bila Anda tidak mengerjakan tugas dan juga berbagai bentuk asesmen lainnya Anda tetap dapat skor bagus, etc..)
*
Bagaimana dengan lingkungan dan masyarakat dimana anak-anak betumbuh dan berinteraksi secara nyata dengan keberagaman? Sudah cukup kondusifkah masyarakat kita atau masih sibuk saling menghujat karena perbedaan? Adakah lingkungan masyarakat kita sudah dapat menjadi laboratorium yang bagus dalam bernagai inovasi? Adakah praktik penyelenggaraan negara kita sudah cukup baik atau justru pejabat sibuk flexing dan korupsi? Adakah para pebisnis kota berlaku adil terhadap sesama dan seluruh cipataan atau merusak alam sekenannya demi meraup cuan lebih besar? Bagaimana dengan orangtua sebagai pendidik utama bagi anak, sudahkah menyediakan waktu terbaik bagi anak-anaknya atau sibuk menyalahkan sekolah saja bila ada laku menyimpang dari sang anak?

Membuat pendidikan yang dapat diandalkan di negeri penuh onak dan duri ini harus siap berdarah dan juga terluka. Sebab lingkungan sosial kita umumnya sudah terlaly kumuh oleh praktik busuk dan kita menjadi permisif. Perlu sinergisitas komprehensif seluruh stakeholders dan seluruh elemen mansyarakat. Gagasan besar Mas Menteri Makarim untuk membawa perubahan ke arah yang bermutu peradaban bangsa Indonesia melalui dunia pendidikan tentu akan mengalami hambatan bahkan berhenti pada 'sabda' saja bila yang lainnya berpangku tangan.

 
Kita perlu satu langkah revoluisioner lagi untuk meneruskan semangat berkobar dalam kurikulum merdeka yang dicetus Nadim Makarim.  Semua elemen bangsa perlu duduk bersama menggagas, melakukan, dan juga mengevaluasi pendidikan kita agar semakin bermutu, mencerdaskan, dan relevann.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline