Lihat ke Halaman Asli

Fernandes Nato

Guru | Cricketer

Menyoal Predikat "Guru Tidak Produktif"

Diperbarui: 24 Februari 2023   19:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Satu langkah progresif yang dilakukan oleh kementrian pendidikan nasional dalam upaya peningkatan mutu pendidikan adalah dengan tidak lagi mengkluster jurusan tertentu lebih dominan dan bermutu bila dibandingkan dengan jurusan lainnya. Sebut saja penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa tidak lagi menjadi seksi. Penjurusan tersebut telah meluruh menjadi IPAS dan juga kolompok social studies lainnya.

Demikian halnya juga dengan guru, perannya menjadi 'all around' walaupun tetap mengampu mata pelajaran tertentu tetapi juga harus mempu melaksanakan tugas lainnya dengan sangat baik pada level tertentu.

Pada satuan pendidikan kejuruan juga mengalami perluasan kurikulum (juga di SMA), setelah diturunkan dari Kurikulum secara nasional menjadi kurikulum yang lebih teknis-operasional. Proses penyusunan kurikulumnya juga menjadi cukup menarik karena harus melibatkan pihak internal sekolah, DUDIKA, dan juga stakeholders lainnya (LSP, dlsb.).

Semakin banyak yang terlibat maka semakin baik, objeltif dan teknis kurikulum tersebut sebab banyak sudut pandang  juga sisi kebutuhan Industri yang dapat dijawab oleh satuan pendidikan. Hal ini tentu tidak dikaitkan dengan kritik terhadap sekolah kejuruan yang berusaha mereduksi manusia ke dalam pekerjaan teknis semata (sebut saja teknologisasi terhadap manusia).

Dari pengalaman kurang lebih satu dasawarsa menjadi tenaga kependidikan pada level pendidikan dasar dan menengah, saya mengalami satu 'sapaan' tertentu pada sekolah kejuran. Ada distingsi predikat guru: Guru Produktif dan Guru Tidak Produktif (Non Produktif). Begitulah kurang lebih pengsubordinasian terhadap guru-guru pengampu mata pelajaran bukan kejuruan.

Predikat 'Guru Tidak Produktif' ini tampaknya telah menjadi normal saja dan tidak ada yang menyoal sehingga menjadi lumrah dan sah. Adakah yang masalah dengan label atau predikat tersebut? Tentu saja!

Produktif itu menjadi monopoli guru mapel kejuruan dan (guru) tidak produktif itu adalah untuk guru-guru pengampu mapel muatan nasional/umum dan juga kewilayahan. Apakah mereka benar Guru Tidak Produktif? Saya kira tidak, setidaknya merujuk pada pengalaman dan juga pengamatan saya pada kolega guru pengampu muatannasional.

Ubah Predikat Lebih  Tranformatif

Fakta tidak produktifnya banyak guru yang disebut produktif tadi bukanlah isapan jempol belaka. Predikat dan kinerja menjadi kontra produktif. Bahkan cenderung mereduksi pembelajaran formal pada sekolah kejuruan (SMK) tidak lebih baik dari Balai Latihan Kerja saja. Tidak lebih!

Guru-guru Tidak Produktif juga sangat produktif pada mata pelajaran bermuatan nasioanl atau kewilayahan. Design pembelajaran yang atraktif, aktual dan bermakna menjadi sajian proses belajar di kelas ataupun lintas ruang kelas (walaupun tidak semuanya).

Label atau predikat Produktif dan Tidak Produktif tersebut harus meluruh dengan sebuah predikat baru yang lebih netral, positif dan juga transformatif. Sebab semua guru yang mengajar di SMK haruslah guru produktif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline