Sebagai awalan saya ingin menjelaskan sedikit mengenai ilmu sosped (Sosisologi Pedesaan). Sosiologi pedesaan adalah suatu studi yang mempelajari kehidupan masyarakat dipedesaan, yaitu mengenai perilaku, struktur sosial, organisasi sosial, lembaga, adat, kebiasaan dan perubahan sosial serta bagaimana memecahkan persoalan di pedesaan .
Sosiologi pedesaan merupakan penggabungan antara dua istilah, yakni sosial dan pedesaan. Adapun sosial dalam hal ini adalah sosiologi secara umumnya bisa didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari arti masyarakat, sedangkan desa artinya kesatuan masyarakat yang secara hukum berdiri sendiri dalam kurun waktu tertentu dalam wilayah dan perwilayahan sama dengan konsep budaya yang umumnya bersifat tradisional.
Jadi, singkat cerita kali ini saya sedang melakukan penelitian untuk melanjutkan jenjang AM (Anggota Muda) ke AB (Anggota Biasa) yang ada di Organisasi mapala saya, dan saya mengambil judul "ANALISIS SOCIAL DAN BUDAYA SUKU TENGGER YANG BERADA DI DESA WONOKERSO (STUDI KASUS DESA WONOKERSO) ". Desa Wonokerso merupakan desa yang berada di kaki gunung P - 30 yang merupakan desa tertinggi yang masih masuk dalam kawasan TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru), berada di Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo.
Mengapa saya mengambil Desa Wonokerso? karena Desa Wonokerso memiliki berbagai keragaman yang tidak kita jumpai di daerah desa desa lainnya, contohnya seperti Hari Raya Karo, Hari Raya Kasada dan masih banyak lagi Acara acara adat yang ada di Desa Wonokerso, di desa ini mayoritas masyarakat ber mata pencaharian sebagai petani, tengkulak dan sebagaian lagi sebagai pemandu wisata. Jadi, di desa wonokerso tiap pagi hari warga langsung pergi ke ladang untuk merawat tanamannya, dan setelah siang mereka pulang lalu mandi dan melanjutkan pekerjaan rumah mereka, hingga malam menjelang mereka tidur dan begitu seterusnya, sampai tiba waktu panen baru mereka menyetor hasil panen nya kepada tengkulak.
Selain lahan pertanian nya yang luas di Desa Wonokerso ini juga terkenal dengan pemandangan di atas awan nya, di puncak P -30 kita bisa melihat keindahan gunung bromo dari atas, untuk pergi ke puncak P -30 bias dengan berjalan kaki selama kurang lebih 2 jam, atau biasanya warga juga menawarkan ojek untuk naik ke Puncak gunung P -30 tarifnya sekitar 100/org.
Diatas sana kita bisa membangun tenda sendiri atau bisa numpang di lapak lapak warga yang dibangun diatas, tetapi biasanya warga warga yang jualan mereka datang pada hari weekend saja karena ramenya pada saat weekend, kalau weekday ya ada yang berkunjung tetapi tidak seperti weekend ramenya. "Kata salah satu warga"
Sidoarjo, 31 Januari 2021
Fernanda Seca Kurnia W
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H