Lihat ke Halaman Asli

Kritik di Media Sosial Itu Tidak Percuma

Diperbarui: 11 Oktober 2015   21:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasti pernah menerima pernyataan sinis berikut ini kan:

-Ngapain capek-capek kritik, teriak-teriak di facebook? Percuma!
-Percuma kalo ngomong doang di facebook mah, gak akan didengar!
-Aksi nyata dong, jangan cuman di sosmed!
-Demo aja kalo berani, ngapain cuap cuap doang di sosmed!

Setelah membaca beberapa fakta di akhir tulisan ini, Anda akan tercengang. Bahwa the power of social-media itu nyata adanya. Bukan angin lalu saja. Dalam dunia politik, sudah ada beberapa kekuasaan yang tumbang dan terjungkal dibuatnya.

Memang, kalau hanya sekedar tulisan tidak akan berpengaruh apa-apa. Masalahnya adalah, kekuatan opini yang terbentuk di social media (dunia maya) itu menjadi pemicu yang sangat kuat dalam aksi di dunia nyata.

Secara ilmiah, apa yang saya sampaikan di atas diperkuat oleh sebuah riset yang dilakukan oleh facebook. Dalam riset yang berjudul ‘A 61-million-person experiment in social influence and political mobilization’ itu terlihat betapa kuatnya hubungan antara opini social media dengan opini di real-world.

Secara umum, hasilnya sebagai berikut:

  1. Kampanye yang memanfaatkan jejaring sosial lebih berpengaruh daripada kampanye yang hanya fokus pada penyampaian informasi atau konten saja.
  2. Penyebaran perubahan perilaku cenderung terjadi antar teman dekat yang mungkin dibarengi dengan interaksi tatap muka.
  3. Mobilisasi politik di ranah online memiliki efek nyata di ranah offline.

Saya akan beri beberapa contoh / fakta yang lebih nyata tentang hasil peneilitian [nomor tiga] di atas.

  1. Revolusi di Tunisia [2010-2011] berhasil menumbangkan rezim Presiden Ben Ali, digerakkan awalnya oleh konsolidasi aktivis di facebook dan twitter.
  2. Revolusi di Mesir awal 2011, berhasil menumbangkan Hosni Mubarak, juga dibantu dengan jalur media alternative, youtube, facebook dan twitter. Di social media pula para aktivis membuat janji untuk rapat akbar di Tahrir square.
  3. Susilo Bambang Yudhoyono keok dalam polemik UU Pilkada [September 2014] setelah diserang dengan tagar #ShameOnYouSBY di facebook dan twitter.
  4. Jokowi berpikir ulang untuk mengajukan Budi Gunawan menjadi kapolri setelah dihantam serangan di twitterland dengan tagar #ShameOnYouJokowi.
  5. BNPT dan kominfo menjadi ambil langkah tak jelas dalam rencana memblokir beberapa situs Islam setelah mendapat serangan tagar #KembalikanMediaIslam. [Maret 2015]
  6. Jokowi mencabut perpres bantuan uang muka mobil pejabat, setelah dikritik habis-habisan di social media. [April 2015]
  7. dan lain-lain.

Masih menganggap sos-med ini hanya sekedar mainan yang tak berguna untuk merubah kekuasaan? No way, ini adalah channel yang dahsyat untuk menyuarakan isi hati mu, kawan!

Keep posting in positive spirit for Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline